Kita perlu melihat secara utuh, bahwasanya keluarnya gayus dari penjara ini apakah sebuah pertanda baik ataukah merupakan tamparan yang keras bagi menteri pertahanan maupun kapolri baru untuk segera melakukan revitalisasi regulasi tentang ruu rutan kepenjaraan
Memang ironis sekali melihat Indonesia yang Negara hukum, tetapi hukumnya masih digerogoti oleh uang. Apalagi kita melihat bahwasanya gayus sendiri malah terlihat kepergok berjalan bersama wanita. Kita tidak bisa bilang bahwasanya ini adalah tentang masalah suudzon atau tidak, tetapi lebih dari itu, kita harus berfikir kritis, agar pemerintah segera melakukan apa yang disebut dengan rogram mawas diri antar kinerja aparat keamanan dalam rutan, maupun pada tiap narapidanan sendiri yang mungkin sudah biasa “bergelut” dengan sistem kekotoran penjara Indonesia
Apalagi kejadian ini menampar wajah kepolisian Indonesia, seperti yang kita ketahui, sebagai hari dimana masih 100 hari dari evaluasi TimurPradopo, sebagai ketua polri baru, harusnya keluarnya lelaki yang diidentifikasi sebagai koruptor perpajakan ini seharusnya membuat kinerja polri menjadi semakin baik, bukan malah sebaliknya, namun kita berharap agar wajah yang benar-benar terlihat adalah bukan Gayus.
Namun, ketika kita melihat, seperti yang dilansir kompas.com, mengenai simpul-simpul guratan wajah di daerah facei, menunjukkan ada kesamaan, seperti di daerah Temporo mandibula, pipi maupun guratan-gurata ndi dahi mengidentifikasikan bahwasanya ada kemungkinan itu adalah Gayus. Ada 5 guratan yang telah dicek pada sumber kompas.com, yakni yang kesemuanya guratan di daerah perwajahan (regio facei)
Apalagi kita telah melihat tingkat kerawanan dari pada rutan itu sendiri, yakni rawan akan perselundupan maupun penyogokan atau bisa disebut “uang pelicin” Ini terjadi dikala para petugas rutan bisa saja tidak mengetahui ataupun dengan sengaja membangkang dari kode etiknya. Wajar saja ini terjadi ketika mungkin terjadi masalah internal, maupun adanya kasus hitam diatas putih yang menyebabkan terjadinya peristiwa seperti ini.
Masalah internal ini sendiri terjadi bisa saja karena ketidak akuran antara atasan dan bawahan, dikarenakan karena adanya mis-persepsi dan mis-konsepsi antara atasan dan bawahan, atau bisa saja karena memang dari dulu sampai sekarang, rutan yang bersangkutan memang telah tersistemasi terjadi kekacauan sistem dari rutan itu sendiri.
Perlukah sertifikasi ISO 9001 ?
Apakah perlu dipakai istilah ISO:9001 untk menejemen rutan? Kenapa tidak. Sebelumnya kita perlu mengetahui dulu apakah ISO:9001, menurut nqa.com, ISO :9001 adalah suatu sistem standarisasi internasional untuk sistem menejemn mutu yang apik dan telah termenejemnisasi secara berjenjang sistematis. Dalam artian untuk mencapai hal ini dibutuhkan suatu aturan, perombakan menejemen baru. Pelaku ISO tidak hanya terbataspada perusahaan-perusahaan semua bidang saja, bahkan pada fasilitas umum semacam rumah sakit ataupun puskesmas saja menggunakan standardisasi ini.
Seperti yang dilansir oleh beberapa rekan-rekan penulis, untuk membuat standardisasi internasional (walaupun sebenarnya msih banyak model-model standadisasi semacam standarisasi chartered, ataupun SNI) tetapi kita lebih menggunakan sistem ISO:9001 saja karena ini diakui oleh nasional dan dunia internasional, bisa butuh dana hingga 200 juta rupiah. Namun anggaran ini tidak seberapa masalah jika dibandingkan dengan aliran korupsi yang dialirkan oleh para pelaku rutan maupun oknum-oknum rutan. Sehingga perlu dilakukan sweeping menyeluruh dari seluruh kalangan eselon pertahanan hingga menuju dalam skala kecil, yakni para tukang sapu rumah tahanan maupun tahanannya itu sendiri.
Alurnya bisa kita lihat, yakni kita harus menentukan rutan mana yang akan dijadikan standardisasi ISO:9001, sebut saja rutan semacam milik artalyta suryani ataupun milik gayus ataupun rutan pusat. Megapa kita mengambil yang daerah pusat? Ini disebabkan apabila kita membuat semacam rutan rujukan untuk sebagai tolok ukur standardisasi ISO:9001 ini. Kemudian, kita ajukan dulu ke dewan daerah, propinsi hingga dewan Negara (DPR) itu sendiri, apabila ini disetujui, maka dapat dipastikan kita membuat rutan yang memanusiakan manusia. Tidak seperti gambaran yang dilihat di media massa maupun media elektronik, bahwasanya rutan yang seharusnya dihuni oleh 1 orang menjadi dihuni oleh 1.orang, atau perbandingan jangan sampai 1:10, paling tidak ditekan antara 1:5 ataupun 1:2, tidak perlu hingga menuju 1:1.
Diharapkan dengan adanya rutan percontohan ini dapat menarik simpati dunia pada umumnya dan Negara Indonesia pada khususnya. Indonesia yang notabene adalah Negara dengan demokrasi yang walaupun tidak sekaya pengalaman dengan Negara-negara dunia yang dicontoh kiblat demokrasinya semacam Negara amerika serikat, diharapkan juga bisa terjadi, serta mungkin saja dapat menghapus isu-isu terorisme yang berkepanjangan yang menyulut adanya anggota-etnik-etnik tertentu maupun agama-agama tertentu. Ini sifatnya hanya filosofis semata, dalam artian paling tidak dapat menyitir atau mengurangi blow-up blow-up berbagai berita tentang tayangan televise maupun internasional yang mereportasekan tentang Negara islam, termasuk Negara Indonesia itu sendir, ya, hanya semacam pengurangan isu-isu terorisme saja secara tidak langsung.
ISO:9001 ini tidak terbatas hanya pada pelayanan mutu saja, tetapi juga sistem manajerial dan peletakannya sistem itu sendiri perlu dibuat semacam aturan juga, semisal untuk arsitektur rutan yang menggunakan sistem buang air sekaligus buang hajat didalam sel, diubah menjadi mungkin tersedia jamban sendiri, tidak perlu menggunakan sistem semacam lift ataupun escalator, pemeriksaan barang-barang secara lewat konveyor (ban berjalan) Tetapi kita menggunakan sistem meanajerial yang minimal (untuk mentaati sistemnya saja) selebihnya berimprovisasi sesuai dengan kebutuhan sendiri, misalnya apabila di penjara AS, tiap sel terdapat satu kanal untuk tempat AC sentral, yang membawahi beratus-ratus rutan, kita tidak perlu seperti itu, cukup apabila sistem ISO membutuhkan bahwasanya terdapat pendingin, cukup gunakan saja mini kipas angina tau kipas angin yang model menggelantung.
Memang ironis sekali melihat Indonesia yang Negara hukum, tetapi hukumnya masih digerogoti oleh uang. Apalagi kita melihat bahwasanya gayus sendiri malah terlihat kepergok berjalan bersama wanita. Kita tidak bisa bilang bahwasanya ini adalah tentang masalah suudzon atau tidak, tetapi lebih dari itu, kita harus berfikir kritis, agar pemerintah segera melakukan apa yang disebut dengan rogram mawas diri antar kinerja aparat keamanan dalam rutan, maupun pada tiap narapidanan sendiri yang mungkin sudah biasa “bergelut” dengan sistem kekotoran penjara Indonesia
Apalagi kejadian ini menampar wajah kepolisian Indonesia, seperti yang kita ketahui, sebagai hari dimana masih 100 hari dari evaluasi TimurPradopo, sebagai ketua polri baru, harusnya keluarnya lelaki yang diidentifikasi sebagai koruptor perpajakan ini seharusnya membuat kinerja polri menjadi semakin baik, bukan malah sebaliknya, namun kita berharap agar wajah yang benar-benar terlihat adalah bukan Gayus.
Namun, ketika kita melihat, seperti yang dilansir kompas.com, mengenai simpul-simpul guratan wajah di daerah facei, menunjukkan ada kesamaan, seperti di daerah Temporo mandibula, pipi maupun guratan-gurata ndi dahi mengidentifikasikan bahwasanya ada kemungkinan itu adalah Gayus. Ada 5 guratan yang telah dicek pada sumber kompas.com, yakni yang kesemuanya guratan di daerah perwajahan (regio facei)
Apalagi kita telah melihat tingkat kerawanan dari pada rutan itu sendiri, yakni rawan akan perselundupan maupun penyogokan atau bisa disebut “uang pelicin” Ini terjadi dikala para petugas rutan bisa saja tidak mengetahui ataupun dengan sengaja membangkang dari kode etiknya. Wajar saja ini terjadi ketika mungkin terjadi masalah internal, maupun adanya kasus hitam diatas putih yang menyebabkan terjadinya peristiwa seperti ini.
Masalah internal ini sendiri terjadi bisa saja karena ketidak akuran antara atasan dan bawahan, dikarenakan karena adanya mis-persepsi dan mis-konsepsi antara atasan dan bawahan, atau bisa saja karena memang dari dulu sampai sekarang, rutan yang bersangkutan memang telah tersistemasi terjadi kekacauan sistem dari rutan itu sendiri.
Perlukah sertifikasi ISO 9001 ?
Apakah perlu dipakai istilah ISO:9001 untk menejemen rutan? Kenapa tidak. Sebelumnya kita perlu mengetahui dulu apakah ISO:9001, menurut nqa.com, ISO :9001 adalah suatu sistem standarisasi internasional untuk sistem menejemn mutu yang apik dan telah termenejemnisasi secara berjenjang sistematis. Dalam artian untuk mencapai hal ini dibutuhkan suatu aturan, perombakan menejemen baru. Pelaku ISO tidak hanya terbataspada perusahaan-perusahaan semua bidang saja, bahkan pada fasilitas umum semacam rumah sakit ataupun puskesmas saja menggunakan standardisasi ini.
Seperti yang dilansir oleh beberapa rekan-rekan penulis, untuk membuat standardisasi internasional (walaupun sebenarnya msih banyak model-model standadisasi semacam standarisasi chartered, ataupun SNI) tetapi kita lebih menggunakan sistem ISO:9001 saja karena ini diakui oleh nasional dan dunia internasional, bisa butuh dana hingga 200 juta rupiah. Namun anggaran ini tidak seberapa masalah jika dibandingkan dengan aliran korupsi yang dialirkan oleh para pelaku rutan maupun oknum-oknum rutan. Sehingga perlu dilakukan sweeping menyeluruh dari seluruh kalangan eselon pertahanan hingga menuju dalam skala kecil, yakni para tukang sapu rumah tahanan maupun tahanannya itu sendiri.
Alurnya bisa kita lihat, yakni kita harus menentukan rutan mana yang akan dijadikan standardisasi ISO:9001, sebut saja rutan semacam milik artalyta suryani ataupun milik gayus ataupun rutan pusat. Megapa kita mengambil yang daerah pusat? Ini disebabkan apabila kita membuat semacam rutan rujukan untuk sebagai tolok ukur standardisasi ISO:9001 ini. Kemudian, kita ajukan dulu ke dewan daerah, propinsi hingga dewan Negara (DPR) itu sendiri, apabila ini disetujui, maka dapat dipastikan kita membuat rutan yang memanusiakan manusia. Tidak seperti gambaran yang dilihat di media massa maupun media elektronik, bahwasanya rutan yang seharusnya dihuni oleh 1 orang menjadi dihuni oleh 1.orang, atau perbandingan jangan sampai 1:10, paling tidak ditekan antara 1:5 ataupun 1:2, tidak perlu hingga menuju 1:1.
Diharapkan dengan adanya rutan percontohan ini dapat menarik simpati dunia pada umumnya dan Negara Indonesia pada khususnya. Indonesia yang notabene adalah Negara dengan demokrasi yang walaupun tidak sekaya pengalaman dengan Negara-negara dunia yang dicontoh kiblat demokrasinya semacam Negara amerika serikat, diharapkan juga bisa terjadi, serta mungkin saja dapat menghapus isu-isu terorisme yang berkepanjangan yang menyulut adanya anggota-etnik-etnik tertentu maupun agama-agama tertentu. Ini sifatnya hanya filosofis semata, dalam artian paling tidak dapat menyitir atau mengurangi blow-up blow-up berbagai berita tentang tayangan televise maupun internasional yang mereportasekan tentang Negara islam, termasuk Negara Indonesia itu sendir, ya, hanya semacam pengurangan isu-isu terorisme saja secara tidak langsung.
ISO:9001 ini tidak terbatas hanya pada pelayanan mutu saja, tetapi juga sistem manajerial dan peletakannya sistem itu sendiri perlu dibuat semacam aturan juga, semisal untuk arsitektur rutan yang menggunakan sistem buang air sekaligus buang hajat didalam sel, diubah menjadi mungkin tersedia jamban sendiri, tidak perlu menggunakan sistem semacam lift ataupun escalator, pemeriksaan barang-barang secara lewat konveyor (ban berjalan) Tetapi kita menggunakan sistem meanajerial yang minimal (untuk mentaati sistemnya saja) selebihnya berimprovisasi sesuai dengan kebutuhan sendiri, misalnya apabila di penjara AS, tiap sel terdapat satu kanal untuk tempat AC sentral, yang membawahi beratus-ratus rutan, kita tidak perlu seperti itu, cukup apabila sistem ISO membutuhkan bahwasanya terdapat pendingin, cukup gunakan saja mini kipas angina tau kipas angin yang model menggelantung.
0 komentar:
Post a Comment