Motivasi, Artikel, dan Segala opini tentang saya
Kita semua sudah melewati hari idul adha dengan hati yang lapang, karena secara tidak langsung kita membagikan apa yang kita punyai dalam bentuk zakat yang secara tidak langsung kepada kaum dhuafa. Ini membuat kita secara tidak langsung melepaskan suatu ‘energi’ di dalam hati kepada alam semesta sedemikian hingga kita membuat suatu rasa yang nyaman. Energi-energi tadi secara tidak langsung mengumpul, terseleksi sendiri oleh alam semesta, dan disalurkan secara tidak langsung kepada orang yang berhubungan, walaupun itu tidak terikat dengan hubungan tertentu semacam pertalian saudara. Dan energi itu bisa berubah dalam bentuk energi lain sesuai dengan kesetimbangan alam (homeostatis). Agak susah memang menalar bahasa filosofis apabila dikaitkan dengan esensi memberi pada Idul Adha dikaitkan dengan efek yang dihasilkan setelah member, tapi itu yang terjadi. Ya, benar, hokum kekekalan energi berlaku disini, energi tidak dapat dimusnahkan, tetapi energi berubah menjadi bentuk yang lain (steady)Menurut buku The Secret, yang sempat menggemparkan dunia permotivasian, didalamnya diberikan suatu postulat, tentang Law of attraction, yang salah satu isinya pada intinya berisi, “Kau yang menanam, Kau yang memetik”, layaknya hukum aksi reaksi di dalam ilmu fisika, ketika kau meninju dinding, dinding tadi juga akan memantulkan efek yang sama berupa energi dari hasil tinju yang kamu lakukan, setara dengan apa yang kau tinjukan. Benar, seberapa kita meninju dinding, seberapa sakit juga yang kita rasakan dari hasil tinjuan kita itu sendiri.Apabila kita mengkaitkan kepada Kaum Dhuafa atas apa yang kita beri dalam rangka Hari Idul Adha, kita bisa melihat suatu efek aksi reaksi atau hukum Attraction berlaku disini, walaupun secara kita tidak menyadari entah itu secara implisit maupun secara eksplisit. Mungkin dengan kita memberikan semacam hewan kurban, kemudian rejeki kita dilancarkan. Ini secara tidak langsung dibuktikan oleh para ilmuwan dan intelektual Eropa itu sendiri yang menemukan Law of Attraction. Bahkan kita bisa menemukan dalam majalah-majalah islami, ataupun secara tidak langsung pengakuan dari tetangga kita, saudara kita, ataupun bahkan di televisi sekalipun. Tentang orang yang kaya karena zakat, hutang-hutang yang terlunasi padahal tidak ada uang sekalipun ataupun penghasilan tidak menentu tetapi sanggup membayar dengan justru mengorbankan beberapa rupiah saja. Karena kita tahu esensi zakat itu sendiri sama seperti infak/sodakoh secara garis besar, namun ada aturan tersendiri dalam pengaturannya. Sehingga tidak heran apabila terdapat buku ataupun artikel-artikel the miracle of zakat. Bahkan seorang Ustadz pun ada yang mengkhususkan pada bidang bersodakoh, zakat ataupiun yang terkait dengan itu seperti Ustadz Yusuf Mansur.Melihat banyak musibah- musibah yang terjadi di Indonesia, hingga ada dalam ranah komunitas internet menamakan dirinya komunitas “pray for Indonesia” hingga dalam ranah dunia yang asli, semua berdoa, berharap bahwasanya bencana tidak terjadi di Indonesia kembali. Walaupun ada yang berkata bahwasanya bencana merupakan suatu pertanda akan pergantian kekuasaan presiden, timbulnya Satrio Piningit. Tetapi bila kita mengetahui dengan mengacu pada Law of Attraction ini, kita bisa melihat bahwasanya sebelum kejadian ini, pasti ada yang ‘mengawali’ memberikan sesuatu aksi yang negatif secara kronik (sedikit demi sedikit tetapi persisten atau teratur baik itu teratur secara sengaja maupun teratur secara tidak sengaja). Baik itu secara personal maupun secara massal.Dengan masih suasana Idul Adha ini, apabila kita kaitkan dengan aksi zakat yang kita kaitkan, mari kita bersama-sama membersihkan niat kita dari perzakatan ini untuk tujuan komersil, alihkan lah tujuan komersil itu kepada tujuan yang lebih bermanfaat seperti, doakanlah orang-orang korban bencana, berharap karma tidak menimpa balik, kalaupun itu memang sebagai sebuah karma, biarkanlah alam yang mengatur, kita hanya bisa berdoa, memberikan semacam energi tidak terlihat untuk membuat para korban-korban bencana mentawai, merapi maupun korban-korban bencana lain lebih ringan. Berdoalah pula untuk alam, berharaplah alam memberikan nilai positif untuk kita.Bila dikaitkan dengan banyaknya acara televisi, kita pun bahkam melihat banyak fenomena-fenomena seperti yang dulunya acara televisi gosip berisi tentang gosip, kita bahkan melihat acara-acara tertentu menampilkan sosok semacam Andi Soraya yang berkurban di dalam selnya, tetapi disisi lain kita melihat seseorang melepaskan energi positifnya ke semesta, kitapun melihat berita televisi mengenai berkurangnya pembeli daging kurban di daerah Sleman, pembeli anjlok hingga setengahnya. Agaknya kita juga melihat secara tidak langsung efek yang diberikan semesta akibat adanya Musibah ini. Ini saatnya kita menata rasa, hati dan keikhlasan untuk membantu melepaskan ‘energi’ positif dengan berzakat salah satunya.Merajut Asa dengan kaum DhuafaSetelah kita melihat dampak krusial dan gamblang secara tidak langsung mengenai zakat, kitapun jangan melupakan esensi dari pemberian zakat yang utama, yakni meringankan kaum Dhuafa. Kaum Dhuafa banyak membutuhkan uluran kita, salah satunya dengan zakat, bahkan penulis sendiri pernah mendengar ungkapan, “apabila seluruh masyarakat Indonesia melakukan upaya zakat, maka Negara Indonesia akan menajdi Negara yang kaya”. Bahkan Negara Malaysia dan Brunei beberapa bulan yang lalu sudah mencanangkan metode sistem zakat untuk pengaturan salah satu sistem aliran keuangan Negara mereka. Ini merupakan salah satu terobosan sistem Negara mereka untuk meningkatkan harapan hidup para kaum Dhuafa, hingga merajut asa mereka untuk mempunyai kehidupan sama dengan kita. Selamat Hari Raya Idhul Adha 1431 hijriyah.sumber gambar : farhansyaddad.wordpress.com
Kita mengetahui tentang bencana ini, bahwasanya bencana ini menghantam daerah mentawai sumatera barat. Kita patut berbela sungkawa atas kejadian ini. Banyak yang terenggut nyawa karena tsunami ini. Bahkan hingga mengundang pendapat Marzukie Ali, ketua umum DPR dari fraksi partai demokrat. Namun yang agak disayangkan adalah perkataannya mengenai kesiapsiagaan nya atas daerah yang akan terjadi bencana.Layaknya lagu dangdut, Percuma saja berlayar, kalau kau takut gelombang, percuma saja bercinta, kalau kau takut sengsara. Merupakan kata-kata yang menohok, namun ada benarnya. Disamping karena kita memang benar apa yang dikatakan Marzukie Ali mengenai pernyataannya, tetapi agak pahit juga rasanya. Namun kita perlu menelusuri juga faktor-faktor yang mungkin menyebabkan terjadinya bencana itu sendiri, berikut mekanisme kerja atau persiapan menghadapi bencana, dalam kasus ini Mentawai, apabila ingin mengkaitkan pernyataan Marzuki AlieBanyak faktor yang terjadi apabila kita ingin mengkaitkan seperti kesalahan manusia yang mungkin. Naifnya persiapan menuju bencana. Seperti yang kita ketahui, bahwasanya seismograf yang terpasang di BMG seharusnya bisa mencatat dan meramal adanya bencana, gempa maupun pergeseran lempeng. Tetapi fakta yang terjadi, berhubungan dengan persiapan pra-bencana (yakni sebelum bencana terjadi) seringkali tidak konsisten dalam mencatat terjadinya berita. Ini bisa disebabkan kekurangsigapan alatnya itu sendiri dan juga maupun faktor SDM Indonesia itu sendiri. Agaknya itu perlu dijadikan cermin bagi para seismographer dalam menganalisis terjadinya bencana di seluruh Indonesia, termasuk di mentawai itu sendiri.Kita juga bersyukur ketika kita mendengar berita bahwasanya Mentawai diberikan dana khusus 2.6 T untuk kepentingan pembangunan Mentawai dari Dinas maupun Bupati Sumatera Barat. Walaupun begitu, kita juga perlu melihat kinerja dari pemerintah, jangan sampai terjadi uang yang seharusnya digunakan untuk kepentingan kemanusiaan harus digunakan untuk nepotisme korporat tertentu. Merupakan tugas dari Presiden dan Menteri. Bila perlu, wakil KPK maupun ICW perlu diterjunkan untuk mengawasi jalannya uang tersebut baik itu secara structural maupun secara fungsional.Namun bila kita runut jauh sebelum permasalahan keterlambatan bencana mentawai yang disinyalir terlambat hingga 10 jam itu, kita perlu mengulas masalah dana anggaran cadangan yang dianggarkan oleh pemerintah kepada suatu instansi, termasuk kepada badan penyelenggara pemngumuman seismograf tadi (BSNP) . Kalau kita urut, sumber dari metro tv menyebutkan bahwasanya dana dari BSNP ini hanya 222 milyar yang dianggarkan, jauh dari anggaran yang di hibahkan kepada DPR senilai 1.2 T. Agaknya patut dipertanyakan mengenai masalah rendahnya jatah keuangan yang masuk untuk BSNP itu sendiri.Selain itu kita perlu berfikir dua kali mengenai adanya jatah yang sangat kontras antara DPR dengan BSNP sendiri mengenai anggaran yang dianggarkan. Mengapa? Karena kita melihat anggaran itu, merupakan cerminan dari hasil kinerja dan seberapa 'panjang' tangan-tangan yang bisa terjangkau maupun seberapa canggih kah teknologi yang digunakan.Selain itu, perlu di buatnya sebaran yang merata SAR untuk setiap daerah dimaksudkan membuat terjadinya antisipasi bencana lebih responsive. Kecuali apabila ada bencana tertentu yang merenggut banyak nyawa, perlu dipusatkan SAR yang lebih banyak pada daerah itu. Sehingga hasil yang digunakan dalam menyelidiki, mengevakuasi, tanggap bencana lebih sigap untuk dihadapi. Namun, adakalanya pihak SAR sendiri juga kurang konsisten terhadap semua korban yang ada. Ini terlihat dari faktor manusia dan faktor bahaya yang terjadi dari sisi penyelamatan korban itu sendiri.Apabila kita melihat dari sisi PMI itu sendiri, yang diketuai oleh mantan wapres Jusuf Kalla, agaknya mulai terlihat gerak-gerik dan kemajuan PMI Indonesia itu sendiri. Apabila kita menggunakan PMI sebagai kuda troya dalam bidak catur, agaknya peran ini sangat penting sekali mengingat perannya dalam persiapan pasca-bencana sangat aktif dibutuhkan, mulai bekerja sama dengan tim SAR, menyiapkan pakaian yang tidak terpakai, hingga revitalisasi rumah penduduk pasca-bencana.Namun kita juga jangan melupakan banyaknya alat detektor tsunami yang merupakan sumbangan dari jepang, dikuliti oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab hingga tidak berfungsi sampai sekarang. Diperlukan pihak sigap dari aparat keamanan laut untuk mendeteksi adanya pencurian besi yang dijual ke pihak-pihak tertentu dengan nilai jual ratusan hingga milyaran rupiah itu. Karena pencurian maupun pengrusakan barang seperti itu, bisa mengurangi atau bahkan menggagalkan upaya antisipatif pra-bencana yang digembar-gemborkan pemerintah.Berkaitan dengan kata-kata Marzuki Alie mengenai siap tidaknya para penduduk daerah kepulauan, sebenarnya ada benarnya juga bila kita menurut lapangan, tentang fakta yang terjadi saat ini. Mungkin bisa terlihat dari kekurangsigapan dari pra-bencana itu sendiri, dalam artian mungkin memang fasilitas di Indonesia yang menengarai bencana ini kurang maksimal hingga akhirnya berbuntut dari kurangsigapan hingga memicu keterlambatan ramalan detektor bencana. Sehingga wajar saja yang fakta yang terjadi di lapangan: bencana banyak merusak bermacam-macam fasilitas umum dan tentunya merenggut banyak nyawa, seperti yang terjadi saat ini. Namun, kita masih belum terlambat memperbaiki apa yang terjadi dengan berupa melakukan penanganan-penanganan pasca-bencana, melakukan evaluasi lebih kritis dan efektif terhadap semua sektor dibidang ketanggapan bencana alam sehingga resiko timbulnya korban dan rusaknya fasilitas umum dapat diminimalisir.
Kita mengetahui tentang bencana ini, bahwasanya bencana ini menghantam daerah mentawai sumatera barat. Kita patut berbela sungkawa atas kejadian ini. Banyak yang terenggut nyawa karena tsunami ini. Bahkan hingga mengundang pendapat Marzukie Ali, ketua umum DPR dari fraksi partai demokrat. Namun yang agak disayangkan adalah perkataannya mengenai kesiapsiagaan nya atas daerah yang akan terjadi bencana.
Layaknya lagu dangdut, Percuma saja berlayar, kalau kau takut gelombang, percuma saja bercinta, kalau kau takut sengsara. Merupakan kata-kata yang menohok, namun ada benarnya. Disamping karena kita memang benar apa yang dikatakan Marzukie Ali mengenai pernyataannya, tetapi agak pahit juga rasanya. Namun kita perlu menelusuri juga faktor-faktor yang mungkin menyebabkan terjadinya bencana itu sendiri, berikut mekanisme kerja atau persiapan menghadapi bencana, dalam kasus ini Mentawai, apabila ingin mengkaitkan pernyataan Marzuki Alie
Banyak faktor yang terjadi apabila kita ingin mengkaitkan seperti kesalahan manusia yang mungkin. Naifnya persiapan menuju bencana. Seperti yang kita ketahui, bahwasanya seismograf yang terpasang di BMG seharusnya bisa mencatat dan meramal adanya bencana, gempa maupun pergeseran lempeng. Tetapi fakta yang terjadi, berhubungan dengan persiapan pra-bencana (yakni sebelum bencana terjadi) seringkali tidak konsisten dalam mencatat terjadinya berita. Ini bisa disebabkan kekurangsigapan alatnya itu sendiri dan juga maupun faktor SDM Indonesia itu sendiri. Agaknya itu perlu dijadikan cermin bagi para seismographer dalam menganalisis terjadinya bencana di seluruh Indonesia, termasuk di mentawai itu sendiri.
Kita juga bersyukur ketika kita mendengar berita bahwasanya Mentawai diberikan dana khusus 2.6 T untuk kepentingan pembangunan Mentawai dari Dinas maupun Bupati Sumatera Barat. Walaupun begitu, kita juga perlu melihat kinerja dari pemerintah, jangan sampai terjadi uang yang seharusnya digunakan untuk kepentingan kemanusiaan harus digunakan untuk nepotisme korporat tertentu. Merupakan tugas dari Presiden dan Menteri. Bila perlu, wakil KPK maupun ICW perlu diterjunkan untuk mengawasi jalannya uang tersebut baik itu secara structural maupun secara fungsional.
Namun bila kita runut jauh sebelum permasalahan keterlambatan bencana mentawai yang disinyalir terlambat hingga 10 jam itu, kita perlu mengulas masalah dana anggaran cadangan yang dianggarkan oleh pemerintah kepada suatu instansi, termasuk kepada badan penyelenggara pemngumuman seismograf tadi (BSNP) . Kalau kita urut, sumber dari metro tv menyebutkan bahwasanya dana dari BSNP ini hanya 222 milyar yang dianggarkan, jauh dari anggaran yang di hibahkan kepada DPR senilai 1.2 T. Agaknya patut dipertanyakan mengenai masalah rendahnya jatah keuangan yang masuk untuk BSNP itu sendiri.
Selain itu kita perlu berfikir dua kali mengenai adanya jatah yang sangat kontras antara DPR dengan BSNP sendiri mengenai anggaran yang dianggarkan. Mengapa? Karena kita melihat anggaran itu, merupakan cerminan dari hasil kinerja dan seberapa 'panjang' tangan-tangan yang bisa terjangkau maupun seberapa canggih kah teknologi yang digunakan.
Selain itu, perlu di buatnya sebaran yang merata SAR untuk setiap daerah dimaksudkan membuat terjadinya antisipasi bencana lebih responsive. Kecuali apabila ada bencana tertentu yang merenggut banyak nyawa, perlu dipusatkan SAR yang lebih banyak pada daerah itu. Sehingga hasil yang digunakan dalam menyelidiki, mengevakuasi, tanggap bencana lebih sigap untuk dihadapi. Namun, adakalanya pihak SAR sendiri juga kurang konsisten terhadap semua korban yang ada. Ini terlihat dari faktor manusia dan faktor bahaya yang terjadi dari sisi penyelamatan korban itu sendiri.
Apabila kita melihat dari sisi PMI itu sendiri, yang diketuai oleh mantan wapres Jusuf Kalla, agaknya mulai terlihat gerak-gerik dan kemajuan PMI Indonesia itu sendiri. Apabila kita menggunakan PMI sebagai kuda troya dalam bidak catur, agaknya peran ini sangat penting sekali mengingat perannya dalam persiapan pasca-bencana sangat aktif dibutuhkan, mulai bekerja sama dengan tim SAR, menyiapkan pakaian yang tidak terpakai, hingga revitalisasi rumah penduduk pasca-bencana.
Namun kita juga jangan melupakan banyaknya alat detektor tsunami yang merupakan sumbangan dari jepang, dikuliti oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab hingga tidak berfungsi sampai sekarang. Diperlukan pihak sigap dari aparat keamanan laut untuk mendeteksi adanya pencurian besi yang dijual ke pihak-pihak tertentu dengan nilai jual ratusan hingga milyaran rupiah itu. Karena pencurian maupun pengrusakan barang seperti itu, bisa mengurangi atau bahkan menggagalkan upaya antisipatif pra-bencana yang digembar-gemborkan pemerintah.
Berkaitan dengan kata-kata Marzuki Alie mengenai siap tidaknya para penduduk daerah kepulauan, sebenarnya ada benarnya juga bila kita menurut lapangan, tentang fakta yang terjadi saat ini. Mungkin bisa terlihat dari kekurangsigapan dari pra-bencana itu sendiri, dalam artian mungkin memang fasilitas di Indonesia yang menengarai bencana ini kurang maksimal hingga akhirnya berbuntut dari kurangsigapan hingga memicu keterlambatan ramalan detektor bencana. Sehingga wajar saja yang fakta yang terjadi di lapangan: bencana banyak merusak bermacam-macam fasilitas umum dan tentunya merenggut banyak nyawa, seperti yang terjadi saat ini. Namun, kita masih belum terlambat memperbaiki apa yang terjadi dengan berupa melakukan penanganan-penanganan pasca-bencana, melakukan evaluasi lebih kritis dan efektif terhadap semua sektor dibidang ketanggapan bencana alam sehingga resiko timbulnya korban dan rusaknya fasilitas umum dapat diminimalisir.
Kita mengetahui bahwa Krakatau steel merupakan industry yang dimiliki oleh Indonesia yang sahamnya termasuk stabil. Namun, mungkin karena gejolak ekonomi kita bisa mengerti bahwa mulai terjadi degradasi saham sehingga menyebabkan jatuhnya bermacam-macam saham, termasuk milik Krakatau steel sendiri . Namun kita juga harus mengatahui bahwasanya saham Krakatau steel ini adalah milik Indonesia. Banyak penyebab di jualnya saham Krakatau ini salah satunya mungkin adalah ada yang ingin menjual apalagi dengan harga yang lebih murah, yakni 850 rupiah. Dari yang perlembarnya 1100 rupiah kalau bisa untung. Namun dengan harga seperti itu, apakah kita bisa mendapatkan untung? Hanya pembuat keputusan terdekatlah yang bisa menarik untung, yakni dengan mengambil seluruhnya dan menjualnya pada penjualan transaksi pembukaan sekunder, untung bisa dua kali lipat.Ini bisa saja menyebabkan penumpukan kekayaan sendiri, tetapi Negara bisa di rugikan 2.6 triliyun rupiah. Seperti pernah dikutip oleh salah satu ahli hukum adler mengenai masalah Negara, seharusnya kalau memang bisa dijual 850 rupiah? Mengingat apa yang di katakan adler bahwasanya memang dapat membuat malu Negara agaknya harus dipertanyakan. Ini bagaikan kita menjual mobil limousine dengan harga satu juta rupiah, namun kita berlagak karena sikon nya memang seperti ni, kilah salah satu komentar dari para netters menganai masalah Krakatau steel. Bahkan yang lebih ekstrim lagi adalah biasanya digunakan oleh sby dan gank-ganknya. Memang hal ini belum bisa dibuktikan kepastiannya, tapi miris kita melihatnya.Namun, menteri perekonomian sendiri mengatakan bahwa harga saham 850 per lembar sebenarnya sudahlah cukup dan harga yang kebangetan dalam bahasa jawa. Ini berarti harga seperti ini sudah dianalisis. Agaknya perlu di kaji ulang tujuan maupun diaudit.Agaknya usaha untuk kolusi dana saham Krakatau steel ini haruslah perlu di telusuri untuk kegiatan pasca evaluasi auditor maupun kpk (apabila menunjuk kpk) sebagai badan yang ditunjuk nantinya. Ini dikarenakan bisa saja terjadi pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan momen-momen seperti ini (lelang saham perdana) untuk tujuan menurunkan harga sepantasnya dengan dalih momen pergolakan ekonomi, namun ternyata dibalik itu larinya dana hanya ke kelompok pemberi keputusan saja. Pelarian uang yang bersifat sentralistik (hanya menuju di pusat) agaknya apabila KPK benar-benar nantinya akan ditunjuk, KPK harus menyisir otak-otak dibalik penjualan harga standar yang merugikan Negara ini. Bisa dengan menyusur rekening bank pihak-pihak yang ikut bertransaksi, berikut yang berhubungan.
Kita mengetahui bahwa Krakatau steel merupakan industry yang dimiliki oleh Indonesia yang sahamnya termasuk stabil. Namun, mungkin karena gejolak ekonomi kita bisa mengerti bahwa mulai terjadi degradasi saham sehingga menyebabkan jatuhnya bermacam-macam saham, termasuk milik Krakatau steel sendiri . Namun kita juga harus mengatahui bahwasanya saham Krakatau steel ini adalah milik Indonesia.
Banyak penyebab di jualnya saham Krakatau ini salah satunya mungkin adalah ada yang ingin menjual apalagi dengan harga yang lebih murah, yakni 850 rupiah. Dari yang perlembarnya 1100 rupiah kalau bisa untung. Namun dengan harga seperti itu, apakah kita bisa mendapatkan untung? Hanya pembuat keputusan terdekatlah yang bisa menarik untung, yakni dengan mengambil seluruhnya dan menjualnya pada penjualan transaksi pembukaan sekunder, untung bisa dua kali lipat.
Ini bisa saja menyebabkan penumpukan kekayaan sendiri, tetapi Negara bisa di rugikan 2.6 triliyun rupiah. Seperti pernah dikutip oleh salah satu ahli hukum adler mengenai masalah Negara, seharusnya kalau memang bisa dijual 850 rupiah? Mengingat apa yang di katakan adler bahwasanya memang dapat membuat malu Negara agaknya harus dipertanyakan. Ini bagaikan kita menjual mobil limousine dengan harga satu juta rupiah, namun kita berlagak karena sikon nya memang seperti ni, kilah salah satu komentar dari para netters menganai masalah Krakatau steel. Bahkan yang lebih ekstrim lagi adalah biasanya digunakan oleh sby dan gank-ganknya. Memang hal ini belum bisa dibuktikan kepastiannya, tapi miris kita melihatnya.
Namun, menteri perekonomian sendiri mengatakan bahwa harga saham 850 per lembar sebenarnya sudahlah cukup dan harga yang kebangetan dalam bahasa jawa. Ini berarti harga seperti ini sudah dianalisis. Agaknya perlu di kaji ulang tujuan maupun diaudit.
Agaknya usaha untuk kolusi dana saham Krakatau steel ini haruslah perlu di telusuri untuk kegiatan pasca evaluasi auditor maupun kpk (apabila menunjuk kpk) sebagai badan yang ditunjuk nantinya. Ini dikarenakan bisa saja terjadi pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan momen-momen seperti ini (lelang saham perdana) untuk tujuan menurunkan harga sepantasnya dengan dalih momen pergolakan ekonomi, namun ternyata dibalik itu larinya dana hanya ke kelompok pemberi keputusan saja. Pelarian uang yang bersifat sentralistik (hanya menuju di pusat) agaknya apabila KPK benar-benar nantinya akan ditunjuk, KPK harus menyisir otak-otak dibalik penjualan harga standar yang merugikan Negara ini. Bisa dengan menyusur rekening bank pihak-pihak yang ikut bertransaksi, berikut yang berhubungan.
Kita agaknya harus memebrikan semacam ucapan congrats kepada timur, yang mana sudah terpilih menjadi Kapolri baru. NAmun,timur, kapolri yang baru adalah merupakan kandidat yang controversial. Baru dating, tiba-tiba langsung menohok dan langsung menang. Disini agaknya perlu dicurigai namun terlepas dari itu, nyata-nyatanya tidak ada pertengkaran sendiri di tubuh kapolri. Lebih dari itu, apabila kita mau berfikir positif, kita sebaiknya melihat kinerja timur ini selama 100 hari kedepan.Kita perlu mengetahui banyak sekali yang harus dibenahi, mulai dari diskriminasi. Termasuk dalam hal ini diskriminasi tentang jabatan yang bersal dari background akpol dan non-akpol (semacam caba). Kemudian tentang kesetaraan jender yang digembar-gemborkan oleh Jaringan Islam Liberal, seprtinya patut menjadi inspirasi bagi Kapolri baru untuk mereformasi tubuh polisi, mnejadikan staff polwan bukan hanya sebagai sebatas "pelayan" saja.Kemudian, kapolri harus perlu juga melakukan lebih banyak sidak kepada para anggotanya. Ini antara laib sebagai bentuk perwujudan sikap proaktif polisi untuk memerangi maraknya kasus "di balik layar" / back-scene yang seringkali tidak terungkap hingga menjadi gunung es. Seperti kasus ditemukannya narkoba di saku polisi dan sebagainya. Kapolri juga perlu menginvestigasi tentang adanya jaringan narkoba dan penyelundupannya yang sudah merantai di dalam penjara, maupun adanya pungli (pungutan liar) di dalam penjara. Diharapkan dengan dibantu oleh menteri pertahanan diharapkan sidak ini dilaksanakan secara menyeluruh, termasuk sweeping tentang persamaan fasilitas di penjara. Masih terngiang di benak kita adanya penjara Artalyta Suryani yang serasa bintang 3 di dalam penjara. Ini merupakan cermin diri seorang kapolri untuk segera membenahi di tubuh polisi. Kemudian kita juga perlu membuat rutan ini di daerah-daerah tertentu, di-set agar layak untuk didiami. Kemudian polisi mulai perlu merazia korupsi di tubuh polisi sendiri, seperti tentang jabatan atau yang berhubungan. Di jalan-jalan saat ada razia diharapkan peran serta polisi tidak hanya menarik pungutan kepada pengguna jalan, namun polisi juga apabila menarik pungutan sebaiknya dengan mempertimbangkan kesalahan-kesalahan yang ada. Caranya adalah dengan melakukan sidak atau inspeksi mendadak secara berkala dan acak. Dengan memperhatikan habit seperti ini, diharapkan juga peran Litbang polri sendiri untuk melakukan survey dari hasil Litbang dalam rangka sidak tadi sehingga apabila datanya sudah available maka akan memudahkan polisi mengurut benang kusut yang terjadi pada setiap kasus sampai ke akar-akarnya
Kita agaknya harus memebrikan semacam ucapan congrats kepada timur, yang mana sudah terpilih menjadi Kapolri baru. NAmun,timur, kapolri yang baru adalah merupakan kandidat yang controversial. Baru dating, tiba-tiba langsung menohok dan langsung menang. Disini agaknya perlu dicurigai namun terlepas dari itu, nyata-nyatanya tidak ada pertengkaran sendiri di tubuh kapolri. Lebih dari itu, apabila kita mau berfikir positif, kita sebaiknya melihat kinerja timur ini selama 100 hari kedepan.
Kita perlu mengetahui banyak sekali yang harus dibenahi, mulai dari diskriminasi. Termasuk dalam hal ini diskriminasi tentang jabatan yang bersal dari background akpol dan non-akpol (semacam caba). Kemudian tentang kesetaraan jender yang digembar-gemborkan oleh Jaringan Islam Liberal, seprtinya patut menjadi inspirasi bagi Kapolri baru untuk mereformasi tubuh polisi, mnejadikan staff polwan bukan hanya sebagai sebatas "pelayan" saja.
Kemudian, kapolri harus perlu juga melakukan lebih banyak sidak kepada para anggotanya. Ini antara laib sebagai bentuk perwujudan sikap proaktif polisi untuk memerangi maraknya kasus "di balik layar" / back-scene yang seringkali tidak terungkap hingga menjadi gunung es. Seperti kasus ditemukannya narkoba di saku polisi dan sebagainya.
Kapolri juga perlu menginvestigasi tentang adanya jaringan narkoba dan penyelundupannya yang sudah merantai di dalam penjara, maupun adanya pungli (pungutan liar) di dalam penjara. Diharapkan dengan dibantu oleh menteri pertahanan diharapkan sidak ini dilaksanakan secara menyeluruh, termasuk sweeping tentang persamaan fasilitas di penjara. Masih terngiang di benak kita adanya penjara Artalyta Suryani yang serasa bintang 3 di dalam penjara. Ini merupakan cermin diri seorang kapolri untuk segera membenahi di tubuh polisi. Kemudian kita juga perlu membuat rutan ini di daerah-daerah tertentu, di-set agar layak untuk didiami.
Kemudian polisi mulai perlu merazia korupsi di tubuh polisi sendiri, seperti tentang jabatan atau yang berhubungan. Di jalan-jalan saat ada razia diharapkan peran serta polisi tidak hanya menarik pungutan kepada pengguna jalan, namun polisi juga apabila menarik pungutan sebaiknya dengan mempertimbangkan kesalahan-kesalahan yang ada. Caranya adalah dengan melakukan sidak atau inspeksi mendadak secara berkala dan acak. Dengan memperhatikan habit seperti ini, diharapkan juga peran Litbang polri sendiri untuk melakukan survey dari hasil Litbang dalam rangka sidak tadi sehingga apabila datanya sudah available maka akan memudahkan polisi mengurut benang kusut yang terjadi pada setiap kasus sampai ke akar-akarnya
LPI vs ISLKita patut mengacungi jempol ketika kita mengetahui bahwa ada liga sekunder yang nantinya akan disahkan 11 januari ini di Semarang. Yakni system Liga Premier Indonesia, yang secara konseptual sudah berbeda dengan ISL yakni Indonesian Super League.Dari LPI sendiri sebenarnya lebih ke pada system bagi hasil antara sponsor, klub, dan manajemen LPI sendiri. Dari sini, LPI yang di gawangi oleh pengusaha-pengusaha sekelas Arifin Panigoro, dkk. Memberikan semacam terobosan bagi para pemilik-pemilik klub yang tidak puas akan ISL, sehingga mereka akan mengubah haluan atau lebih bisa bermain secara lebih bebas maupun ingin menggunakan atmosfir baru.Seperti yang kita ketahui sebelumnya apabila kita memperbandingkan LPI dengan ISL, setidak-tidaknya kita bisa mengerti bahwasanya pada ISL, ISL memberi kebijakan hanya meletakkan semacam sponsor yang hanya dilobi oleh ISL saja, berbeda dengan ISL, LPI disini lebih mengutamakan kelihaian para anggota maupun pemilik elit klub menggayung sebanyak mungkin sponsor untuk tim mereka, karena kita melihat sendiri bahwasanya LPI itu lebih berfokus pada independansi klub dari APBD.Sikap seperti ini timbul dikala ketua PSSI Nurdin Halid dan para staff-staffnya seperti Nugraha Basoes kurang puas akan kebijakan dan ingin membuat semacam terobosan yang mungkin bisa saja dapat membuat Negara Indonesia (dalam hal ini rakyat Indonesia per daerahnya) bisa terbantu dengan adanya independansi ini sehingga nantinya kas APBD daerah yang apabila derah yang bersangkutan menerapkan semacam kebijakan otonomi daerah, namun disisi lain juga memberikan paruh uang kas APBDnya kepada klub.Kita perlu menelusuri mengapa adanya sikap pembaharuan ini terjadi, yang pertama memang para klub ini dulunya memiliki semacam program-program tertentu yang bisa merogoh kocek atau bisa menjadi magnet untuk pendapatan kas klubnya sendiri, seperti mengadakan liga internal seperti persebaya, maupun dengan sistem-sistem semacam pembuatan U17 ataupun umur berapa yang merupakan pijakan bagi para junior pesepakbola suatu klub di Indonesia untuk menuju ke lapis utama timnas klub yang bersangkutan. Tetapi sikap dari para petinggi PSSI menyatakan bahwa ada sebagian ulah kreatif para klub ini di batasi atau bahkan dihilangkan sehingga bisa menyebabkan kebuntuan kreatifitas para pemilik klub dalam meraup untung, okelah mungkin ada yang menggunakan semacam supporter untuk menggalang dana, mungkin bisa saja dari tiket, ataupun kelihaian mencari sponsor, namun apabila kreatifitas itu tetap dihambat oleh petinggi PSSI, tetap saja membuat klub membangkang dari ISL.Yang kedua bisa saja ini terjadi ketika ada aktor dibalik layar penghenti atau pengatur jalannya pertandingan. Dalam artian selama aktor atau oknum dibalik layar semacam pengatur jalannya pertandingan masih berkeliaran, selama nepotisme dan korupsi oleh para aktor semacam meminta bayaran yang bukan semestinya (diluar statute PSSI) kepada klub, membayar untuk membeli permainan, maka yang terjadi akan timbul ketidak singkronisasi antara klub supporter, dan jajaran PSSI. Yang bisa menimbulkan pembelotan.Yang ketiga yakni ke absolutan suatu pemimpin. Banyak yang mengira suatu pemimpin itu di rotasi, supaya bisa berganti regulasi maupun berganti kebijakan, namun nyatanya ? tidak. Bahkan FIFA dan AFC tidak bisa menjatuhkan ke absolutan suatu pemimpin. Bagaimana ini bisa terjadi? Perlu di tera ulang para sifat atasan PSSI mengenai adanya keadaan seperti ini. Para rakyat berharap dengan bergantinya pemimpin, maka diharapkan achievement yang bisa diraih bisa meningkat kembali.Berlindung di balik Payung StatutaAgaknya PSSI perlu berfikir ulang mengenai pemberlakuan statuta untuk mengkover payung hukum ISL. Kita perlu tahu bahwa apabila berfikir tentang masalah hukum okelah antara pihak PSSI sebagai penyelanggara ISL dengan pihak pengusaha yang mengusahakan LPI, diakui semuanya mempunyai alas an tersendiri atas peristiwa yang terjadi, namun seperti yang kita ketahui apabila klub-klub ISL tidak ingin banyak yang membelot ke LPI diharapkan PSSI bukanlah merubah regulasi, tatapi lebih dari itu, mengubah puncak kepemimpinan. Layaknya sebuah papan catur yang terhampar ratu, benteng, kuda troya dan lain sebagainya, apabila kita menskak-mate Raja, maka sekuat atau sepelik apapun pikiran pemain, apabila raja sudah di skak-mate, seberapapun sisa dari benteng atau prajuritnya, tetap tidak berpengaruh terhadap permainan tadi. Ya, pemain yang rajanya di skak mate tetap kalah. Bagaimana penerapannya di dalam tubuh PSSI? Dengan menganalogikan bilah catur dengan perombakan tubuh PSSI, diharapkan 'raja' dari PSSI harus di skak-mate terlebih dahulu atau setidak-tidaknya dengan jumawa menyerahkan jabatannya kepada pihak lain yang lebih mumpuni, tanpa campur tangan kolusi dan nepotisme.Selama PSSI tidak melakukan perombakan di tubuh PSSI itu sendiri, yang terjadi hanyalah kemelut yang belum terkuak layaknya gunung es, diantara hingar binger pertandingan, ramai tidaknya supporter, yang ternyata di balik selimut itu banyak masalah yang mengakar. Jangan sampai terlambat, karena penonton pada akhirnya bisa men-judge, suatu pertandingan, apakah nantinya kalah-tidaknya merupakan suatu 'siklus' klub normal atau hanyalah sebuah konspirasi yang diatur sebelumnya
LPI vs ISL
Kita patut mengacungi jempol ketika kita mengetahui bahwa ada liga sekunder yang nantinya akan disahkan 11 januari ini di Semarang. Yakni system Liga Premier Indonesia, yang secara konseptual sudah berbeda dengan ISL yakni Indonesian Super League.
Dari LPI sendiri sebenarnya lebih ke pada system bagi hasil antara sponsor, klub, dan manajemen LPI sendiri. Dari sini, LPI yang di gawangi oleh pengusaha-pengusaha sekelas Arifin Panigoro, dkk. Memberikan semacam terobosan bagi para pemilik-pemilik klub yang tidak puas akan ISL, sehingga mereka akan mengubah haluan atau lebih bisa bermain secara lebih bebas maupun ingin menggunakan atmosfir baru.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya apabila kita memperbandingkan LPI dengan ISL, setidak-tidaknya kita bisa mengerti bahwasanya pada ISL, ISL memberi kebijakan hanya meletakkan semacam sponsor yang hanya dilobi oleh ISL saja, berbeda dengan ISL, LPI disini lebih mengutamakan kelihaian para anggota maupun pemilik elit klub menggayung sebanyak mungkin sponsor untuk tim mereka, karena kita melihat sendiri bahwasanya LPI itu lebih berfokus pada independansi klub dari APBD.
Sikap seperti ini timbul dikala ketua PSSI Nurdin Halid dan para staff-staffnya seperti Nugraha Basoes kurang puas akan kebijakan dan ingin membuat semacam terobosan yang mungkin bisa saja dapat membuat Negara Indonesia (dalam hal ini rakyat Indonesia per daerahnya) bisa terbantu dengan adanya independansi ini sehingga nantinya kas APBD daerah yang apabila derah yang bersangkutan menerapkan semacam kebijakan otonomi daerah, namun disisi lain juga memberikan paruh uang kas APBDnya kepada klub.
Kita perlu menelusuri mengapa adanya sikap pembaharuan ini terjadi, yang pertama memang para klub ini dulunya memiliki semacam program-program tertentu yang bisa merogoh kocek atau bisa menjadi magnet untuk pendapatan kas klubnya sendiri, seperti mengadakan liga internal seperti persebaya, maupun dengan sistem-sistem semacam pembuatan U17 ataupun umur berapa yang merupakan pijakan bagi para junior pesepakbola suatu klub di Indonesia untuk menuju ke lapis utama timnas klub yang bersangkutan. Tetapi sikap dari para petinggi PSSI menyatakan bahwa ada sebagian ulah kreatif para klub ini di batasi atau bahkan dihilangkan sehingga bisa menyebabkan kebuntuan kreatifitas para pemilik klub dalam meraup untung, okelah mungkin ada yang menggunakan semacam supporter untuk menggalang dana, mungkin bisa saja dari tiket, ataupun kelihaian mencari sponsor, namun apabila kreatifitas itu tetap dihambat oleh petinggi PSSI, tetap saja membuat klub membangkang dari ISL.
Yang kedua bisa saja ini terjadi ketika ada aktor dibalik layar penghenti atau pengatur jalannya pertandingan. Dalam artian selama aktor atau oknum dibalik layar semacam pengatur jalannya pertandingan masih berkeliaran, selama nepotisme dan korupsi oleh para aktor semacam meminta bayaran yang bukan semestinya (diluar statute PSSI) kepada klub, membayar untuk membeli permainan, maka yang terjadi akan timbul ketidak singkronisasi antara klub supporter, dan jajaran PSSI. Yang bisa menimbulkan pembelotan.
Yang ketiga yakni ke absolutan suatu pemimpin. Banyak yang mengira suatu pemimpin itu di rotasi, supaya bisa berganti regulasi maupun berganti kebijakan, namun nyatanya ? tidak. Bahkan FIFA dan AFC tidak bisa menjatuhkan ke absolutan suatu pemimpin. Bagaimana ini bisa terjadi? Perlu di tera ulang para sifat atasan PSSI mengenai adanya keadaan seperti ini. Para rakyat berharap dengan bergantinya pemimpin, maka diharapkan achievement yang bisa diraih bisa meningkat kembali.
Berlindung di balik Payung Statuta
Agaknya PSSI perlu berfikir ulang mengenai pemberlakuan statuta untuk mengkover payung hukum ISL. Kita perlu tahu bahwa apabila berfikir tentang masalah hukum okelah antara pihak PSSI sebagai penyelanggara ISL dengan pihak pengusaha yang mengusahakan LPI, diakui semuanya mempunyai alas an tersendiri atas peristiwa yang terjadi, namun seperti yang kita ketahui apabila klub-klub ISL tidak ingin banyak yang membelot ke LPI diharapkan PSSI bukanlah merubah regulasi, tatapi lebih dari itu, mengubah puncak kepemimpinan. Layaknya sebuah papan catur yang terhampar ratu, benteng, kuda troya dan lain sebagainya, apabila kita menskak-mate Raja, maka sekuat atau sepelik apapun pikiran pemain, apabila raja sudah di skak-mate, seberapapun sisa dari benteng atau prajuritnya, tetap tidak berpengaruh terhadap permainan tadi. Ya, pemain yang rajanya di skak mate tetap kalah. Bagaimana penerapannya di dalam tubuh PSSI? Dengan menganalogikan bilah catur dengan perombakan tubuh PSSI, diharapkan 'raja' dari PSSI harus di skak-mate terlebih dahulu atau setidak-tidaknya dengan jumawa menyerahkan jabatannya kepada pihak lain yang lebih mumpuni, tanpa campur tangan kolusi dan nepotisme.
Selama PSSI tidak melakukan perombakan di tubuh PSSI itu sendiri, yang terjadi hanyalah kemelut yang belum terkuak layaknya gunung es, diantara hingar binger pertandingan, ramai tidaknya supporter, yang ternyata di balik selimut itu banyak masalah yang mengakar. Jangan sampai terlambat, karena penonton pada akhirnya bisa men-judge, suatu pertandingan, apakah nantinya kalah-tidaknya merupakan suatu 'siklus' klub normal atau hanyalah sebuah konspirasi yang diatur sebelumnya
Pembaca yang budiman, Selamat datang di Blog nya Cemol, Saya hanyalah seonggok daging yang diberi kekuatan untuk menulis bait-per-bait, kata-per-kata. Seorang Pembelajar sejati di bidang medis. Suka baca buku kedokteran, motivasi. Saya orang keturunan jawa merauke yang lahir besar di kabupaten Mappi, kota tercinta 1000 rawaBlog ini berisi motivasi dan opini. Dengan ada kritikan, maka diharap ada feedback sehingga suatu regulasi bisa tertata lebih apik. Semoga bermanfaat.