Hayooo… yang berminat masuk ke fakultas kedokteran ( FK) unej atau UJ atau Universitas Jember, musti siap-siap dari sekarang nihh.. Siapin prestasinya yaaa.. siapin belajar. 75 Juta rupiah? Jangan mikirin uang dulu deh, yang penting ayo-ayo belajar, siapkan nilai kalian adik-adik.. Menjadi dokter untuk menolong orang, bukan karena imbalan.. Banyak jalur, jalur UM , PMDK, SNMPTN.. Semoga sukses menjadi Mahasiswa FK UJ 2011/2012!! Selamat belajar adik-adik
Motivasi Hari ini :
Saturday, December 18, 2010
SNMPTN PMDK FK UNEJ
Diposting oleh Cemol di 7:55 AM 2 komentar
Tuesday, November 23, 2010
Mengurai Benang Kusut Gayus, Menganalogikan Sistem Homeostatis Tubuh
Disini kita melihat semacam ada kesalahan ataupun ada beberapa kelompok yang terkait, seperti yang diutarakan IPW (Indonesian Police Watch) yakni aparat penegak hukum (mulai dari jaksa, hingga jajaran pangkat tinggi semacam letnan dan jenderal), pejabat bidang perpajakan, dan perusahaan-perusahaan tertentu yang terikat kontrak dengan Gayus.
Mengurai benang kusut di pihak aparat penegak hukum sendiri juga tidak mudah, jajaran jaksa mulai dari Sitohang dan Manurung, jendral semacam Edmon Elyas. Belum lagi ada pihak tertentu semacam Roberto Antonio yang disinyalir juga terkait penegak hukum sendiri, namun ternyata kasusnya sampai sekarang masih belum jelas keadaannya.
Pejabat Bidang perpajakan, diantaranya Gayus serta pejabat diatas Gayus juga patut dipermasalahkan. Sempat ada bukti persekongkolan antara aparat penegak hukum dan Gayus sedemikian hingga Gayus hingga saat ini masih tanda Tanya bagaimana caranya supaya bisa berpelesir di Bali ketika Gayus sendiri masih berstatus tersangka yang mendekam di Rutan.
Selain itu pula yang terikat adalah pihak-pihak pengusaha / perusahaan semacam PT Excelkomindo, PT Bumi Restu Resources. Salah satu dari pemilik saham perusahaan itu, Alif dan adiknya ternyata terlibat dengan Gayus, yang mana Alif sendiri tidak lain juga mempunyai saham besutan Bakrie yang disebut-sebut juga ikut akan transaksi pada rekening bertrilyunan yang diindikasi merugikan negara bermilyar-milyar rupiah.
Menganalogikan Sistem Homeostatis Tubuh
Ada beberapa cara yang musti perlu diusut cukup dengan kita melihat core, center permasalahan dari kasus Gayus ini. Karena melibatkan beberapa ahli hukum sendiri, dalam artian permasalahan ternyata terletak di dalam tubuh penegak hukum itu sendiri, Agak susah memang apabila suatu bagian tubuh dari suatu sistem apabila suatu sistem itu bisa menerapkan konsep homeostatis, itu tidak akan terjadi masalah. Seperti layaknya tubuh manusia, apabila terkena semacam penyakit ringan seperti kena debu, sistem homeostatis akan membuat sistem organ tubuh faring, laring, dan hidung berperan dalam pengeluaran debu itu sendiri. Bagaimanapun terjadi kerusakan ringan dalam faring ataupun laring maupun hidung, dalam kisaran disini tidak terjadi kerusakan fatal, sistem homeostatis ini dapat bersatu menumpas debu tadi.
Permasalahannya bagaimana yang terjadi nantinya bila kerusakannya pada sistem faal sendiri, bukan dari luar? Segala sesuatu itu tidak mungkin berasal dari diri sendiri kalau kita runut penyakit apapun itu. Apapun yang terjadi pasti ada pemicunya. Lihat saja makhluk adam yang dulunya di dalam Al quran maupun kitab suci lain disebutkan nabi adam tidak mempunyai penyakit fisik apapun, pun pula Hawa. Namun, karena faktor X tertentu menyebabkan terjadinya penyakit yang terindikasi berasal dari “dalam” tubuh itu sendiri. Bagaimanapun juga penerapannya dalam sistem homeostatis hidung, faring dan laring ini apabila salah satu terkena penyakit yang sifat nya berasal dari “dalam”, apabila tubuh bisa mengkompensasi kerusakan, itupun tidak masalah, ada konsep nekrosis dan apoptosis, yakni perusakan sel itu sendiri, merupakan bentuk kompensasi tubuh terhadap alasan dari “dalam”. Namun, apabila alasan dari dalam itu semakin parah sebut saja faktor X nya berupa kanker yang mengganas, hingga mengundang sel-sel lain ikut berubah menyatu menjadi sel tumor yang mana menyebabkan inkompensatorik tubuh,maka yang terjadi, sistem tubuh itu sendiri bisa hancur dari dalam. Oleh karena itu munculah beberapa metode pengobatan yang bisa menghancurkan sel tumor itu sendiri, atau bahkan malah memicu keganasan itu. Jadi solusipun untuk tubuh apabila timbul masalah kronik ini masih dalam tahapan mencoba dalam dunia kesehatan.
Bagaimana penerapannya dalam kasus Gayus yang sudah mendarah daging hingga menumbuk menuju faktor X yang bersifat “dalam” yang berupa kemungkinan para orang-orang yang dibelakang Gayus disinyalir berupa orang-orang dalam yang penting dan bisa disupa tiap saat? Tentunya apabila hidung, faring dan laring sudah di serbu (sudah dalam keadaan fatal, bahkan hingga Jaksa Hukumnya ada kemungkinan di suap) ada kemungkinan apabila tubuh mengkompensasi diri (mungkin berupa reaksi dari polisi itu sendiri akan anti-suap yang bisa saja sudah tidak terlaksana) sudah gagal, ada kemungkinan seharusnya sudah saat nya faktor eksternal disini sudah mulai berperan, yakni berupa pemberian antibiotik atau metode penyembuhan lain, itupun jaminan suksesnya belum tentu berhasil apabila dilaksanakan. Layaknyakanker yang ada dalam stadium sistem tubuh sudah tingkat akut dan kronis, pemberian metode itu tadi malah bisa menimbulkan keganasan / efek samping lain. Tetapi, mengapa tidak dicoba?
Salah satu cara yang penting bisa digunakan yakni dengan dibantu pihak ke tiga semacam KPK. Usaha ini mungkin bisa dikatakan sangat efektif untuk mengatasi benang kusut ini mengingat menurut kompas.com, sudah ada UU yang pantas untuk membuat KPK ikut mengurai benang kusut ini, ataupun seperti dikatakan rekan dosen UNAIR bahwasanya perlu dilakukan impor hakim dari Belanda untuk mengatasi ini. Namun pertanyaan yang mungkin, beranikah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengambil langkah tegas seperti ini?
sumber gambar:sripoku.com
Diposting oleh Cemol di 5:55 PM 1 komentar
Saturday, November 20, 2010
SEA GAMES, menanti keajaiban atau tetap stabil?
Kita patut tercengang dengan Negara seabrek penduduk, tetapi minim prestasi. Ada apa dengan dunia perolahragawan di Indonesia? Apakah terjadi krisis internal hingga berpengaruh pada mental pemain atau atlit atlit di Indonesia yang berujung pada tetap stabilnya prestasi Indonesia? Pertanyaan yang bagus untuk ditelaah, mengingat negeri yang kaya akan sumber daya alam ini seharusnya bisa memberikan biaya untuk membuat semacam fasilitas yang wah bagi para atlit sehingga memungkinkan para atlit dapat berlatih secara maksimal dengan perolehan medali yang klimaks yang pada akhirnya dapat membanggakan Negara Indonesia pada umumnya dan masyarakat regional daerah masing-masing sesuai asal atlit pada khususnya. Namun mengapa yang terjadi justru sebaliknya? Marilah kita mengurai benang kusut ini.
Perseteruan antara pelatih, organiasi dan pengurus? Mungkin saja itu terjadi. Seperti angkat besi di jawa timur. Lihat saja pernah disinggung dalam Kompas regional Surabaya bahwasanya terjadi perbedaan antara pengurus pusat dati Surabaya dengan pengurus organisasi setempat. Perbedaan ini seringkali terus bermunculan di kalangan-kalangan intern, hingga selidik punya selidik berpengaruh terhadap para atlit-atlit yang bermain di organisasi setempat dikarenakan hembusan berita yang datang silih berganti selama para atlit itu menemuh latihan di sasana latihan yang bersangkutan, atau bahkan malah mencuat hingga terdengar semacam media, sehingga media mem blow-up dan terbentuklah semacam “skandal terselubung” dalam tubuh organisasi.
Bagaimanapun juga ini dapat berpengaruh bagi mental,dan psikologis yang utama. Sedangkan efek fisik berpengaruh pada efek sekunder, berupa ketidak fokusan para atlit yang dilatih maupun mulai berhembusnya ajaran-ajaran negatef tertentu dari pihak oposisi pembuat skandal bisa membuat para atlit membangkang dari latihan.
Bertolak dari sini, ada yang perlu dibenahi sebenarnya dari sisi manajerial ini, sebelum kita men-judge bahwasanya Negara Indonesia yang kaya akan SDM ini, apabila SDM nya memang tidak benar-benar berkompeten dibidangnya, ataupun sebaliknya, ia memang bisa tetapi ada birokrasi-birokrasi tertentu yang menyelewengkan atau membuat sedemikian hingga para manajerial termasuk didalamnya sie administrasi maupun pelatih sendiri di suap ataupun main belakang dengan cara nepotisme maupun korupsi yang terselubung.
Menanti Keajaiban ataukah tetap stabil?
Kita mengerti akhir-akhir ini dengan melihat perolehan medali yang dimiliki Indonesia dalam sebuah televisi swasta maupun nasional, sangat disayangkan hasil yang diperoleh. Bahkan bisa dibilang bahwasanya Negara kita setingkat dengan Negara yang bergolak semacam Thailand maupun Vietnam. Agak miris memang melihat sebenarnya Negara semacam jepang yang merupakan Negara bekas hancuran bom Hiroshima dan Nagasaki, maupun Negara komunis semacam china yang notabene beda paham tetapi dengan penduduk yang termasuk dalam kategori maksimal, bisa memanfaatkan sumber daya manusianya secara maksimal, ini terbukti dengan sapu bersih yang dilakukan oleh atlit semacam dari Negara china maupun jepang.
Dengan kondisi yang seperti ini, haruskah kita menanti keajaiban yang ada? Seolah-olah birokrasi yang kotor terhapus secara sendirinya? Berharap dewi fortuna yang mujur semacam permainan sepak bola karena bola itu bundar? Ataupun kita balik ke alasan yang paling “manusiawi”, namanya permainan pasti ada menang atau ada yang kalah?
Ataukah kita menunggu tetap stabil? Sama seperti perolehan Negara Indonesia seprti tahun-tahun yang lalu, minim akan prestasi tetapi sarat akan korupsi? Kita patut mengacungi jempol upaya yang dilakukan oleh beberapa klub-klub sepak bola di Indonesia yang mengikutkan diri dalam pentas LPI (Liga Primer Indonesia) yang dihelat oleh salah satu televisi swasta di Indonesia. Bukannya kontra akan adanya ISL (Indonesia Super League), tetapi lebih dari itu, ini masalah tentang bagaimana caranya supaya Indonesia dengan sistem yang terbaru, terobosan baru bisa membuat regulasi sepak bola di Indonesia sedemikian hingga dapat membantu kemajuan dari sisi pemain sepak bola Indonesia sendiri, yakni salah satunya pemilik klub yang bermain di LPI di set sedemikina hingga tidak bergantung pada APBD, yang notabene APBD pada laga per klub yang rata-rata pengikut ISL termasuk diindikasi terjadi adanya korupsi.
Inilah merupakan salah satu terobosan yang diberikan kepada para elit-elit di dunia perekonomian semacam pengusaha Arifin Panigoro ketika melihat suatu fakta bahwasanya apa yang terjadi pada ISL seharusnya bisa menelurkan para pemain-pemain yang baik untuk bisa diseleksi di SEA GAMES namun tetap bisa menghasilkan medali. Bagaimankah dengan cabang yang lain? Kalau memang ada, beranikah menggelontorkan dana sekian milyar, untuk perbaikan yang benar-benar menghasilkan “pembaharuan” walaupun itu ditentang-tentang oleh para petinggi organ
sumber gambar :http://www.laosoc.com
Diposting oleh Cemol di 10:08 PM 0 komentar
Label: inspirasi, Opini, pemerintah, renungan
Wednesday, November 17, 2010
Merajut asa kaum Dhuafa dengan Idul Adha
Kita semua sudah melewati hari idul adha dengan hati yang lapang, karena secara tidak langsung kita membagikan apa yang kita punyai dalam bentuk zakat yang secara tidak langsung kepada kaum dhuafa. Ini membuat kita secara tidak langsung melepaskan suatu ‘energi’ di dalam hati kepada alam semesta sedemikian hingga kita membuat suatu rasa yang nyaman. Energi-energi tadi secara tidak langsung mengumpul, terseleksi sendiri oleh alam semesta, dan disalurkan secara tidak langsung kepada orang yang berhubungan, walaupun itu tidak terikat dengan hubungan tertentu semacam pertalian saudara. Dan energi itu bisa berubah dalam bentuk energi lain sesuai dengan kesetimbangan alam (homeostatis). Agak susah memang menalar bahasa filosofis apabila dikaitkan dengan esensi memberi pada Idul Adha dikaitkan dengan efek yang dihasilkan setelah member, tapi itu yang terjadi. Ya, benar, hokum kekekalan energi berlaku disini, energi tidak dapat dimusnahkan, tetapi energi berubah menjadi bentuk yang lain (steady)
Menurut buku The Secret, yang sempat menggemparkan dunia permotivasian, didalamnya diberikan suatu postulat, tentang Law of attraction, yang salah satu isinya pada intinya berisi, “Kau yang menanam, Kau yang memetik”, layaknya hukum aksi reaksi di dalam ilmu fisika, ketika kau meninju dinding, dinding tadi juga akan memantulkan efek yang sama berupa energi dari hasil tinju yang kamu lakukan, setara dengan apa yang kau tinjukan. Benar, seberapa kita meninju dinding, seberapa sakit juga yang kita rasakan dari hasil tinjuan kita itu sendiri.
Apabila kita mengkaitkan kepada Kaum Dhuafa atas apa yang kita beri dalam rangka Hari Idul Adha, kita bisa melihat suatu efek aksi reaksi atau hukum Attraction berlaku disini, walaupun secara kita tidak menyadari entah itu secara implisit maupun secara eksplisit. Mungkin dengan kita memberikan semacam hewan kurban, kemudian rejeki kita dilancarkan. Ini secara tidak langsung dibuktikan oleh para ilmuwan dan intelektual Eropa itu sendiri yang menemukan Law of Attraction. Bahkan kita bisa menemukan dalam majalah-majalah islami, ataupun secara tidak langsung pengakuan dari tetangga kita, saudara kita, ataupun bahkan di televisi sekalipun. Tentang orang yang kaya karena zakat, hutang-hutang yang terlunasi padahal tidak ada uang sekalipun ataupun penghasilan tidak menentu tetapi sanggup membayar dengan justru mengorbankan beberapa rupiah saja. Karena kita tahu esensi zakat itu sendiri sama seperti infak/sodakoh secara garis besar, namun ada aturan tersendiri dalam pengaturannya. Sehingga tidak heran apabila terdapat buku ataupun artikel-artikel the miracle of zakat. Bahkan seorang Ustadz pun ada yang mengkhususkan pada bidang bersodakoh, zakat ataupiun yang terkait dengan itu seperti Ustadz Yusuf Mansur.
Melihat banyak musibah- musibah yang terjadi di Indonesia, hingga ada dalam ranah komunitas internet menamakan dirinya komunitas “pray for Indonesia” hingga dalam ranah dunia yang asli, semua berdoa, berharap bahwasanya bencana tidak terjadi di Indonesia kembali. Walaupun ada yang berkata bahwasanya bencana merupakan suatu pertanda akan pergantian kekuasaan presiden, timbulnya Satrio Piningit. Tetapi bila kita mengetahui dengan mengacu pada Law of Attraction ini, kita bisa melihat bahwasanya sebelum kejadian ini, pasti ada yang ‘mengawali’ memberikan sesuatu aksi yang negatif secara kronik (sedikit demi sedikit tetapi persisten atau teratur baik itu teratur secara sengaja maupun teratur secara tidak sengaja). Baik itu secara personal maupun secara massal.
Dengan masih suasana Idul Adha ini, apabila kita kaitkan dengan aksi zakat yang kita kaitkan, mari kita bersama-sama membersihkan niat kita dari perzakatan ini untuk tujuan komersil, alihkan lah tujuan komersil itu kepada tujuan yang lebih bermanfaat seperti, doakanlah orang-orang korban bencana, berharap karma tidak menimpa balik, kalaupun itu memang sebagai sebuah karma, biarkanlah alam yang mengatur, kita hanya bisa berdoa, memberikan semacam energi tidak terlihat untuk membuat para korban-korban bencana mentawai, merapi maupun korban-korban bencana lain lebih ringan. Berdoalah pula untuk alam, berharaplah alam memberikan nilai positif untuk kita.
Bila dikaitkan dengan banyaknya acara televisi, kita pun bahkam melihat banyak fenomena-fenomena seperti yang dulunya acara televisi gosip berisi tentang gosip, kita bahkan melihat acara-acara tertentu menampilkan sosok semacam Andi Soraya yang berkurban di dalam selnya, tetapi disisi lain kita melihat seseorang melepaskan energi positifnya ke semesta, kitapun melihat berita televisi mengenai berkurangnya pembeli daging kurban di daerah Sleman, pembeli anjlok hingga setengahnya. Agaknya kita juga melihat secara tidak langsung efek yang diberikan semesta akibat adanya Musibah ini. Ini saatnya kita menata rasa, hati dan keikhlasan untuk membantu melepaskan ‘energi’ positif dengan berzakat salah satunya.
Merajut Asa dengan kaum Dhuafa
Setelah kita melihat dampak krusial dan gamblang secara tidak langsung mengenai zakat, kitapun jangan melupakan esensi dari pemberian zakat yang utama, yakni meringankan kaum Dhuafa. Kaum Dhuafa banyak membutuhkan uluran kita, salah satunya dengan zakat, bahkan penulis sendiri pernah mendengar ungkapan, “apabila seluruh masyarakat Indonesia melakukan upaya zakat, maka Negara Indonesia akan menajdi Negara yang kaya”. Bahkan Negara Malaysia dan Brunei beberapa bulan yang lalu sudah mencanangkan metode sistem zakat untuk pengaturan salah satu sistem aliran keuangan Negara mereka. Ini merupakan salah satu terobosan sistem Negara mereka untuk meningkatkan harapan hidup para kaum Dhuafa, hingga merajut asa mereka untuk mempunyai kehidupan sama dengan kita. Selamat Hari Raya Idhul Adha 1431 hijriyah.
sumber gambar : farhansyaddad.wordpress.com
Diposting oleh Cemol di 9:07 AM 1 komentar
Sunday, November 14, 2010
Nasionalisme, re-evaluasi arti Hari pahlawan, dan perubahan paradigma
Kita juga sudah melihat betapa seorang Obama juga menghormati makam-makam pahlawan, lewat pidatonya di kuliah umum Balairung Universitas Indonesia, ia menyinggung masalah transformsi masa depan dengan korelasinya masa lalu. Bahwasanya Indonesia adalah Negara yang telah bebas dari penguasa yang berpegangan penuh absolutisme hingga menuju jaman demokrasi dengan rakyat yang menjalankan sistem elektif kepartaian dalam menjalankan pemilihan umum untuk memilih presiden. Tanpa menyinggung antara korelasi sejarah, yang menghasilkan mis-understanding nantinya, pidato obama memang lebih pada kharismanya yang bisa merengkuh bermacam-macam pihak di kalangan dunia.
Masih teringat di benak kita ketika presiden Soekarno memilih Tan Malaka, sebagai pahlawan nasional. Namun, pada zaman Soeharto tidak dimasukkan dalam buku sejarah. Menurut spesialis fornesik dan ahli odontologi, jasad Tan Malaka ketika itu tangannya ditali kebelakang dan ditembak dari kebelekang. Ini terlihat dari bukti-bukti yang ada.
Kita juga melihat tentang masalah pemberian Gelar Soeharto yang diberikan kepada Pejuang Maluku dan Papua seperti Lampessi. Ini merupakan salah satu gagasan ideal karena Negara kita msih banyak yang mempunyai seabrek jasa-jasa sebagai founding-father Negara republik Indonesia
Pemberian gelar budaya kepada beberapa pejuang semacam Romo Mangun dari Yogyakarta juga merupakan salah satu hal yang tidak bisa dianggap remeh temeh. Hasil sastranya, keanehan sastranya yang mengatakan bahwasanya sastra yang tertulis mengindikasikan pada tanggal tertentu ia akan meninggal, terlihat bahwasanya ia akan dihukum mati maupun ia akan siap-siap dibunuh pada tanggal itu.
Agaknya untuk kaum-kaum muda perlu untuk lebih ditanamkan sifat-sifat untuk menghargai nasionalisme, termasuk menghargai hari pahlawan itu sendiri. Menghagai hari pahlawan sama saja dengan menghargai hari pahlawan, yang mana hari pahlawan itu mengidentifikasikan bahwasanya kita juga menghargai sejarah nasional. Dengan menghargai sejarah nasioanal, secara tidak langsung kita belajar dan menjadi lebih bijak di masa depan, termasuk kita menghargai hari pahlawan itu sendiri.
Mengenai hal ini, sebaiknya tidak hanya kaum muda pula yang diberikan pembekalan sejarah nasioanal, melainkan juga kaum-kaum pemerintah yang didalamnya secara tidak sadar melencengkan arti dari nasionalisme itu sendiri dengan melakukan korupsi beberapa milyar rupiah. Sebenarnya untuk kaum-kaum senior yang justru lebih mengerti daripada kaum muda-muda, lebih membutuhkan suatu sentilan berupa fakta-fakta di amsa lalu maupun fakta di masa sekarang yang membuat kontras seakan-akan menyentil kehidupan hedon maupun riwayat korupsi para peraku koruptor.
Tidak salah apabila kita melihat banyak veteran-veteran pejuang Indonesia yang sebenarnya merupakan salah satu founding-father Negara Indonesia yang pada masa dahulu harus menyingsingkan lengan baju demi Indonesia, harus rela hidup dibawah UMR, atau bahkan lebih dari itu, hidup denga ala akdarnya, tanpa banyak campur tangan pemerintah untuk menaikkan statusnya, sehingga pemerintah perlu untuk lebih jeli dalam mengantisipasi banyaknya veteran atau paling tidak mereka harus mempunyai data-data berapa sampling error ataupun berapa data yang sudah terkover mengenai veteran-veteran yang sudah masuk tahap UMR maupun dibawahnya.
Sebenarnya kita sudah bagus melihat gelagat para wakil rakyat maupun presiden yang menyempatkan mengunjungi makam 14 pahlawan nasioanl, temasuk di Kalibata itu sendiri. Ini patut diacungi jempol, karena secara tidak langsung menumbuhkan minat para kaum-kaum muda untuk mencontoh senior, tetapi parahnya blow-up besar-besaran justru terjadi semacam kasus-kasus video porno, skandal korupsi dan sebagainya yang menjadikannya para penonton media elektronik menjadi dibombardir oleh info-info yang bersifat desktruktif yang dapat menghancurkan moralitas bangsa Indonesia, termasuk generasi muda itu sendiri. Hingga kehilangan nilai esensinya, penulis sendiri sebenarnya juga pernah bertemu dengan seorang sejarawan, ia menyitir bagaimana ini bisa terjadi, mengapa lagu Negara Indonesia dijadikan malam hari ataupun dini hari, itupun ketika penutupan suatu acara pada salah satu televisi nasional Indonesia? Tidak kah ada acara yang khusus memblow-up lagu-lagu nasionalisme diacara waktu prime-time dimana rating saat itu nyana-nyana dibombardir oleh acara semacam kuis ataupun sinetron yang sama sekali tidak mengandung unsur nasionalis? Apakah kita perlu menunggu acara-acara semacam hari kesaktian pancasila, hari kemerdekaan Indonesia, maupun hari pahlawan untuk memutar lagu-lagu kebangsaan? Apakah ini selalu dikait-kaitkan dengan politik ataupun brain-wash pikiran kita akan partai-partai tertentu apabila kita mempunyai acara seperti ini?
Ubah Paradigma? Itu perlu.
Perubahan paradigma, itu perlu apabila kita ingin membuat suatu evaluasi yang konsisten untuk menghasilkan suatu pemikiran baru, cara pikir baru dan pola pandang terbaru. Apabila kita me re evaluasi berikutnya atau mungkin di tahun berikutnya maupun abad berikutnya kita melihat anak cucu generasi kita mengkritisi lebih pedas mengenai ke-nasionalisme Indonesia yang pudar, apalagi era berikutnya adalah era pasar bebas 2025 dimana penyaringan antara budaya global dengan budaya local sudahlah sangat tipis hingga secara tidak langsung berujung pada penggerogotan sedikit demi sedikit ideologi Negara, jangan salahkan kita, apabila kita tidak bertindak merubah paradigma kita.
Sebagai tindak lanjut mengenai gelar pahlawan, saya juga pernah membahasnya pada artikel ini
Diposting oleh Cemol di 10:28 AM 0 komentar
Friday, November 12, 2010
Susu Formula dan Penyuluhan
Kita perlu berfikir ulang, mengapa hal ini bisa terjadi? Kita juga perlu melihat bahwasanya banyak faktor yang mempengaruhi kejadian seperti ini, yakni yang pertama adalah adanya desas-desus dari china bahwasanya beredar susu yang mengandung melanin, yang merupakan bahan kosmetik atau bahan untuk membuat mainan. Di china sudah 100.000 bayi dikabarkan sudah menjadi korban akan susu bermelanin ini, hingga perusahaan china di IHSG turun 27 %, bahkan untuk usaha komoditi pada retail-retail yang lebih kecil, kolaps atau bangkrut.
Ada lagi faktor yang kedua yakni memang susu sapi itu ya untuk sapi. Dari pepatah simpel ini kita bisa melihat bahwasanya terjadi kecarut-marutan, brainwash/cuci otak yang dilakukan oleh media-media elektronik maupun media massa yang mengatakan bahwa susu ini mengandung bahan-bahan tertentu yang bisa menyebabkan bertambah sehatnya bayi.
Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena seperti yang kita ketahui ASI eksklusif itu diberikan bayi hingga sampai 1 tahun, ini merupakan salah satu usaha untuk memberikan kekuatan sistem imunnya. Colostrum yang terkandung dalam tubuh ibu, yang keluar bersama cairan susu dari puting ibu adalah zat pembangun sistem imun bayi, bahkan pada riset-riset yang dilakukan oleh luar negeri terungkap bahwa pemberian ASI secara eksklusif dapat menambah kadar kecerdasan dalam otak bayi itu sendiri.
Apabila kita melihat dari peristiwa bencana sekarang , seperti dilansir kompas.com, bahwasanya semula prosentase masyarakat yogya yang menggunakan susu formula 57 %, tetapi ketika sudah terjadi bencana, prosentase penggunaan susu formula berkembang menjadi 86% ketika terjadi bencana alam.
Sesuai dengan kode etik penjualan dunia, bahwasanya seharusnya di luar negeri ini susu formula ini dijual pada kalangan terbatas. Tidak hanya itu, membeli pun harus dirujuk atau dengan izin tertentu ataupun harus dengan resep dokter, itupun dimasukkan kedalam putting susu ibu lewat cairan infuse, sehingga ketika si bayi meminumnya masih dalam keadaan terkover oleh putting susu. Jadi tidak langsung diminum.
Masalah susu formula ini telah diterapkan di Negara Guatemala, sehingga hasilnya meningkat secara signifikan, dapat menjadikan para ibu di negaranya menjadi lebih bisa untuk menjaga kesehatan si bayi. Untuk membuat Negara Indonesia sebagaimana Negara Guatemala yang sudah sukses menerapkan sistem ini, kita diharapkan juga kita membuat semacam habit baru. Untuk itu kita perlu menggunakan peran dari keseluruhan pihak, kesadarannya.
Pentingnya penyuluhan
Perlu dilakukan penyuluhan oleh tingkat pusat ke paramedis. Ini untuk menanamkan konsep-konsep bahwasanya susu formula ini tidaklah dibutuhkan untuk sebelum umur 12 bulan. Dengan diberikannya konsep-konsep ini diharapkan paramedis dapat secara alngsung dan komprehensif menetapkan atau paling tidak mengerti caranya bagaimana agar dapat segera menerapkan ini. Para petinggi jajaran dinkes diharapkan juga memberikan caranya juga menghandle atau paling tidak memberikan fakta-fakta yang benar-benar terjadi di masyarakat sehingga dapat membuat paramedis lebih siap untuk menerapkan sistemnya, apalagi kita tahu bahwasanya medan yang ditempuh antara tempat yang satu dengan tempat yang lain, tentunya berbeda, sebut saja paramedis antara tempat terpencil dengan tempat yang ramai semacam kota besar, tentu harus menggunakan taktik dan strategi yang berbeda, tidak secara langsung harus menarik semua susu formula yang ada.
Cara yang lain yakni dengan menerapkan iklan di media elektronik ataupun media massa untuk memberikan program layanan masyarakat. Intervensi masalah penyuluhan ini di dalam bawah sadar lebih efektif untuk mengedukasi masyarakat. Dengan adanya intervensi ini, secara tidak langsung pikiran masyarakat direcoki oleh iklan-iklan yang bermanfaat sedemikian hingga masyarakat dapat secara tidak langsung teredukasi menjadi lebih baik. Sehingga apabila ada penyuluhan dari tingkat pusat, tidak terlalu ngotot untuk melakukan presentasi, cukup pada dearah tertentu saja yang tidak terkover oleh iklan itu, yakni berupa daerah yang tidak ada televisi nya. Jangan lupa bahwa masyarakat kota sudah teredukasi dengan baik sehingga mungkin hanya perlu memberikan regulasi saja yang tepat apabila kita ingin mengedukasi secara maksimal dari para masyarakat kota.
Bagaimana untuk paramedis sendiri? Paramedis bagaimanapun juga tetap berusaha untuk tetap mentaati aturan ini. Karena secara tidak langsung banyak hambatan yang terjadi. Ini demi kesuksesan bukan untuk kita, tetapi untuk generasi kita selanjutnya, yang notabene para bayi ini nantinya melanjutkan pembangunan bangsa
Diposting oleh Cemol di 8:11 AM 0 komentar
Label: inspirasi
Wednesday, November 10, 2010
Gayus, Penjara dan ISO:9001
Memang ironis sekali melihat Indonesia yang Negara hukum, tetapi hukumnya masih digerogoti oleh uang. Apalagi kita melihat bahwasanya gayus sendiri malah terlihat kepergok berjalan bersama wanita. Kita tidak bisa bilang bahwasanya ini adalah tentang masalah suudzon atau tidak, tetapi lebih dari itu, kita harus berfikir kritis, agar pemerintah segera melakukan apa yang disebut dengan rogram mawas diri antar kinerja aparat keamanan dalam rutan, maupun pada tiap narapidanan sendiri yang mungkin sudah biasa “bergelut” dengan sistem kekotoran penjara Indonesia
Apalagi kejadian ini menampar wajah kepolisian Indonesia, seperti yang kita ketahui, sebagai hari dimana masih 100 hari dari evaluasi TimurPradopo, sebagai ketua polri baru, harusnya keluarnya lelaki yang diidentifikasi sebagai koruptor perpajakan ini seharusnya membuat kinerja polri menjadi semakin baik, bukan malah sebaliknya, namun kita berharap agar wajah yang benar-benar terlihat adalah bukan Gayus.
Namun, ketika kita melihat, seperti yang dilansir kompas.com, mengenai simpul-simpul guratan wajah di daerah facei, menunjukkan ada kesamaan, seperti di daerah Temporo mandibula, pipi maupun guratan-gurata ndi dahi mengidentifikasikan bahwasanya ada kemungkinan itu adalah Gayus. Ada 5 guratan yang telah dicek pada sumber kompas.com, yakni yang kesemuanya guratan di daerah perwajahan (regio facei)
Apalagi kita telah melihat tingkat kerawanan dari pada rutan itu sendiri, yakni rawan akan perselundupan maupun penyogokan atau bisa disebut “uang pelicin” Ini terjadi dikala para petugas rutan bisa saja tidak mengetahui ataupun dengan sengaja membangkang dari kode etiknya. Wajar saja ini terjadi ketika mungkin terjadi masalah internal, maupun adanya kasus hitam diatas putih yang menyebabkan terjadinya peristiwa seperti ini.
Masalah internal ini sendiri terjadi bisa saja karena ketidak akuran antara atasan dan bawahan, dikarenakan karena adanya mis-persepsi dan mis-konsepsi antara atasan dan bawahan, atau bisa saja karena memang dari dulu sampai sekarang, rutan yang bersangkutan memang telah tersistemasi terjadi kekacauan sistem dari rutan itu sendiri.
Perlukah sertifikasi ISO 9001 ?
Apakah perlu dipakai istilah ISO:9001 untk menejemen rutan? Kenapa tidak. Sebelumnya kita perlu mengetahui dulu apakah ISO:9001, menurut nqa.com, ISO :9001 adalah suatu sistem standarisasi internasional untuk sistem menejemn mutu yang apik dan telah termenejemnisasi secara berjenjang sistematis. Dalam artian untuk mencapai hal ini dibutuhkan suatu aturan, perombakan menejemen baru. Pelaku ISO tidak hanya terbataspada perusahaan-perusahaan semua bidang saja, bahkan pada fasilitas umum semacam rumah sakit ataupun puskesmas saja menggunakan standardisasi ini.
Seperti yang dilansir oleh beberapa rekan-rekan penulis, untuk membuat standardisasi internasional (walaupun sebenarnya msih banyak model-model standadisasi semacam standarisasi chartered, ataupun SNI) tetapi kita lebih menggunakan sistem ISO:9001 saja karena ini diakui oleh nasional dan dunia internasional, bisa butuh dana hingga 200 juta rupiah. Namun anggaran ini tidak seberapa masalah jika dibandingkan dengan aliran korupsi yang dialirkan oleh para pelaku rutan maupun oknum-oknum rutan. Sehingga perlu dilakukan sweeping menyeluruh dari seluruh kalangan eselon pertahanan hingga menuju dalam skala kecil, yakni para tukang sapu rumah tahanan maupun tahanannya itu sendiri.
Alurnya bisa kita lihat, yakni kita harus menentukan rutan mana yang akan dijadikan standardisasi ISO:9001, sebut saja rutan semacam milik artalyta suryani ataupun milik gayus ataupun rutan pusat. Megapa kita mengambil yang daerah pusat? Ini disebabkan apabila kita membuat semacam rutan rujukan untuk sebagai tolok ukur standardisasi ISO:9001 ini. Kemudian, kita ajukan dulu ke dewan daerah, propinsi hingga dewan Negara (DPR) itu sendiri, apabila ini disetujui, maka dapat dipastikan kita membuat rutan yang memanusiakan manusia. Tidak seperti gambaran yang dilihat di media massa maupun media elektronik, bahwasanya rutan yang seharusnya dihuni oleh 1 orang menjadi dihuni oleh 1.orang, atau perbandingan jangan sampai 1:10, paling tidak ditekan antara 1:5 ataupun 1:2, tidak perlu hingga menuju 1:1.
Diharapkan dengan adanya rutan percontohan ini dapat menarik simpati dunia pada umumnya dan Negara Indonesia pada khususnya. Indonesia yang notabene adalah Negara dengan demokrasi yang walaupun tidak sekaya pengalaman dengan Negara-negara dunia yang dicontoh kiblat demokrasinya semacam Negara amerika serikat, diharapkan juga bisa terjadi, serta mungkin saja dapat menghapus isu-isu terorisme yang berkepanjangan yang menyulut adanya anggota-etnik-etnik tertentu maupun agama-agama tertentu. Ini sifatnya hanya filosofis semata, dalam artian paling tidak dapat menyitir atau mengurangi blow-up blow-up berbagai berita tentang tayangan televise maupun internasional yang mereportasekan tentang Negara islam, termasuk Negara Indonesia itu sendir, ya, hanya semacam pengurangan isu-isu terorisme saja secara tidak langsung.
ISO:9001 ini tidak terbatas hanya pada pelayanan mutu saja, tetapi juga sistem manajerial dan peletakannya sistem itu sendiri perlu dibuat semacam aturan juga, semisal untuk arsitektur rutan yang menggunakan sistem buang air sekaligus buang hajat didalam sel, diubah menjadi mungkin tersedia jamban sendiri, tidak perlu menggunakan sistem semacam lift ataupun escalator, pemeriksaan barang-barang secara lewat konveyor (ban berjalan) Tetapi kita menggunakan sistem meanajerial yang minimal (untuk mentaati sistemnya saja) selebihnya berimprovisasi sesuai dengan kebutuhan sendiri, misalnya apabila di penjara AS, tiap sel terdapat satu kanal untuk tempat AC sentral, yang membawahi beratus-ratus rutan, kita tidak perlu seperti itu, cukup apabila sistem ISO membutuhkan bahwasanya terdapat pendingin, cukup gunakan saja mini kipas angina tau kipas angin yang model menggelantung.
Diposting oleh Cemol di 4:30 PM 0 komentar
Saturday, November 6, 2010
Gelar Pahlawan dan Gunung Es
Seorang pemimpin nasional yang bergelar pahlawan nasional (yan tentunya disini sudah dalam status almarhumah) paling tidak ia harus memiliki sesuatu yang layak diteladani, terlepas dari dosa besar yang telah di perbuat oleh seorang pahlawan nasional, namun penilaian itu juga penting, mengingat seberapa absolutnya kekuasaan seorang pahlawan, menjadikannya pengurangan nilai tambah, bahkan bisa menjadi titik nadir minus yang ekstrim apabila sikapnya hitam diatas putih, layaknya berbuat baik, namun berdalih untuk menguntungkan diri sendiri atau untuk kepentingan kroni-kroni tertentu.
Dilema pencalonan pemilihan pahlawan nasional disini juga sangat mungkin terjadi mengingat kedua calon pilihan juga tentunya memiliki basic politik yang berbeda, namun perjalanan hidup merekalah yang mewarnai, sehingga terciptalah Indonesia yang sewarna dengan pewarna tadi, yakni pemimpin yang nantinya dinobatkan mendapatkan gelar pahlawan nasional maupun tidak. Tetapi, kita juga tidak boleh mengingkari kesalahan para pahlawan nasional, karena Negara Indonesia terbangun bukan dari suksesnya kebijakan para pemimpin yang akan dianugerahi, tetapi juga dari kesalahan ‘masa lampau’ yang dilakukan oleh pemimpin itu. Tapi disisi lain berdampak bahwasanya kegagalan kekuasaan oleh para calon yang nantinya mengerucut menjadi satu, terpilih mendapat gelar nasional, juga memberikan hasil ‘pewarnaan’ yang buruk pula. Layaknya hitam putih dan siang malam, kegagalan-kesuksesan berimbas pula kepada pemajuan Indonesia sekarang, berikut dengan baik dan buruknya regulasi yang ada.
Para staff presiden yang baik, benar jujur dan eksploratif akan kesalahan maupun kesuksesan masing-masing calon yang nantinya akan dinobatkan tentunya harus punya sense of humanity akan pilihannya yang akan dipilih untuk diajukan kepada presiden, ini dikarenakan mengemban kepercayaan oleh public akan bijak tidaknya pemilihan gelar ‘pahlawan nasional’ ini sangat dibutuhkan dan diharpkan oleh rakyat, sehingga rasa regret akan terpilihnya salah satu calon dari dua calon yang ada dapat terminimalisir dengan bukti-bukti yang validitasnya dapat dipertanggung jawaban, bukan karena kroni-kroni tertentu, atau karena bujuk-rayu kekayaan maupun nepotisme antar internal.
Sense of Humanity, disini adalah rasa kemanusiaan yang perlu di tingkatkan maupun di eksplor oleh para panelis maupun juri dalam penganugerahan ‘pahlawan nasional’ itu sendiri. Dengan menghayati, memikirkan dan melakukan telaah kritis akan biografi, gaya hidup, otobiografi maupun opini sanak saudara, masyarakat, dengan mengesampingkan rasa simpati, namun mementingkan rasa empati, netralitas maupun objektivitas yang diterapkan dengan standar yang tinggi, diharapkan sense of humanity ini dapat diraih secara mutlak tanpa gangguan nurani dari para juri atau staff oleh para kroni-kroni yang memanfaatkan uang dalam mentargetkan kemenangan suatu calon, yang menyebabkan hukuman social berupa cibiran oleh masyarakat.
Kemudian, mungkinkah mantan alamarhum presiden yang memang di black-list dosa besar oleh kaum tertentu, bisa memulihkan citranya apabila nanti (misalnya) terpilih menjadi orang yang bergelar pahlawan nasional? Memang agak susah mengingat apa yang ditimbulkannya, yang dilakukan dan diterapkannya benar-benar dirasakan oleh rakyat, sehingga agak susah menghapus atau paling tidak mengklarifikasi semacam ‘masalah’ yang ditimbulkan. Seperti kita ketahui, pikiran bawah sadar ini kerjanya tidak seaktif pikiran sadar, yang mana ia lebih banyak aktif ketika seseorang tidur. Namun, efeknya dalam kehidupan seseorang sangatlah menentukan, bahkan bisa dibilang, layaknya gunung es yang menyebabkan runtuhnya, pecahnya kapal titanic, kita tahu bahwasanya terlihat dari luar, gunung e situ hanya sebongkah batu atau karang kecil yang tersekat atau paling tidak terpisah oleh superficial dari permukaan air laut, namun bila kita melongok kebawah, maka akan terlihat bagian yang menjulang ke bawah besar. Nah bagian atas ini kita ibaratkan pemikiran sadar, sedangkan bagian bawah yang enjulang besar ini merupakan pikiran bawah sadar.Layaknya analogi ini diterapkan dalam setiap individu, yang mana individu berkumpul menjadi komunitas, komunitas yang saling berinteraksi membentuk komunitas sosial, yang mana komunitas social ini saling berinteraksi membentuk masyarakat sosial yang dinamis.
Memang agak filsuf sekali menganalogikan kinerja pikiran bawah sadar dengan menjulangnya gunung es, dengan stigma (entah itu stigma positif atau negatif) calon presiden almarhumah yang akan mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional ini. Namun, kalau kita realistic, agaknya bukanlah tindakan yang bijak untuk memilih almarhumah presiden yang mempunyai masa lalu dilematis sebagai pahlawan nasional, mengingat para juri nantinya apabila memilih pemimpin dilematis, akan menghadapi bermacam-macam kritik sosial yang sebenarnya bertolak dari resistivitas masyarakat akan hal yang pernah dilakukan oleh pemimpin tadi yang sebenarnya resistifitas ini berakar dari fenomena gunung es tadi.
Diposting oleh Cemol di 11:47 PM 0 komentar
Label: Opini
Konseling, benarkah alternatif tes kegadisan?
Masih terngiang di benak kita tentang wacana yang diberlakukan anggota DPRD jambi bambang yang menyuruh melakukan pengetesan kegadisan dalam tes masuk smp maupun sma. Sangat lucu melihat pernyataan dari sadura bambang bahwasanya tes yang namanya disatir dari tes keperjakaan
Kontroversi Tes Kegadisan
Seperti yang kita tahu bahwa tes ini dapat membuat malu para gadis yang sudah tidak perawan lagi karena dapat menimbulkan cap buruk di dalam hidupnya yang bisa mencoreng nama baik keluarganya
Apabila sudah berada di masyarakat apa tidak malu mereka. Sehingga disini peran serta HAM sudah tidak berfungsi secara maksimal dikarenakan adanya penyelewengan HAM berupa tindak diskriminasi dalam hal pencemaran nama baik itu sendiri.
Disini saya ingin membahas mulai dari konsep konseling seperti yang dihaturkan oleh saudara bambang .
Konsep konseling sendiri sebenarnya merupakan langkah untuk memberikan arahandari yang bengkok-bengkok atau kurang terarah menjadi lebih terarah, dalam konteks ini kita membahas tentang konsep konseling yang diterapkan di lembaga pendidikan sekolah-sekolah smp sma yang nantinya akan digunakan atau lebih dari itu diharapkan dapat mengubah paradigma para gadis yang sudah kehilangan virginitasnya. Namun seberapa efektifkah?
Perlu kita ketahui bahwasanya setiap individu itu memiliki yang namanya harga diri (dignity) Harga diri ini dibangun dari kepercayaan diri, lebih lanjut dalam bukunya the secret of mindset 2008, Adi w. gunawan mengatakan bahwa harga diri ini merupakan system operasi yang menjalankan software-software kejiwaan di dalamnya. Dalam hal ini, berbicara masalah psikososial yang dialami remaja labil, ada kemungkinan konseling ini nantinya malah dapat menggoyahkan ‘harga diri’ itu sendiri, dalam artian sudah siapkah mereka mengikuti sesi konseling? Akankah sesi konseling ini berjalan secara sembunyi-sembunyi ataupun secara terang-terangan? Sedikit saja info tentang perkonselingan ini bocor dan didengar oleh teman-teman sesamanya, dapat menimbulkan goncangan ‘harga diri’ yang kuat pada diri para gadis tadi yang nantinya berujung pada depresi, pengucilan hingga pada titik kulminasi tertinggi : bunuh diri.
Sikap Proaktif
Menyikapi hal-hal seperti ini diharapkan peran serta guru konseling, BK maupun seluruh civitas akademika di tempat yang bersangkutan harus saling memberikan feedback yang berkesinambungan berupa penyuluhan secara menyeluruh untuk memberikan penyuluhan terhadap para siswa agar dapat mengerti secara psikologis apa yang dirasakan oleh para gadis yang kehilangan virginitas.
Dalam hal memberikan penyuluhan sebagai tindak lanjut dari pemberian konseling, diharapkan nantinya para siswa dianjurkan untuk mengalihkan spare-time nya untuk mengisi waktu yang lebih positif misalnya dengan berolahraga, karate, kempo, basket, sepakbola maupun olahraga fisik lain yang dapat menguras tenaga. Dalam hal ini, ‘pengurasan tenaga’ tadi merupakan upaya untuk meredam nafsu dengan mengalihkan rasa nafsu ke hal-hal yang positif serta dapat membuat terjadinya metabolism. Jadi secara tidak langsung fisiologi tubuhnya memberikan fokus yang mempengaruhi otaknya sehingga tidak akan berfikir tentang hal-hal tabu karena fokusnya sudah dialihkan. Namun hal ini tidak bisa terjadi secara konsisten terus menerus, dalam artian harus dilakukan kegiatan ini secara teratur, supaya tercipta semacam ‘habit’ yang bisa menancap di pikiran sadar, bahkan yang lebih baik lagi habit ini dapat menancap lebih dari sekedar pikiran sadar: pikiran bawah sadar. Sehingga kita tidak akan perlu membiasakan habit, namun habitlah yang secara otomatis membiasakan kita.
Kembali ke masalah konseling, setelah siswa mebiasakan, hingga tercipta habit yang bagus, sekarang kita melihat dari sisi psikologis dari kacamata orang yang sudah kehilangan virginitasnya. Dalam hal ini peran dari kanselor sangat dibutuhkan dalam hal menjaga kerahasiaan, karena bukan menyangkut masalah pribadi saja, malah nantinya dapat menyangkut masalah umum juga berupa perasaan malu, dan terlebih lagi keluarga yang mempunyai anak tidak ber-virgin maka dapat menciptakan sanksi social berupa omongan, cibiran hingga berdampak buruk dalam kehidupan keluarga itu sendiri berupa pengucilan dari masyarakat.
Diperlukan pula peran serta civitas akademika untuk menumbuhkan rasa empati, karena empati itu sendiri dapat menciptakan solusi-solusi dari para civitas akademika untuk menangani masalah rahasia virginitas seseorang sehingga bisa membantu menumbuhkan rasa percaya diri serta bisa mengurangi rasa minder para siswa yang tidak virgin
Mudahkah menerapkan sistem konseling yang bergaransi 100 prosen rahasia terjamin? Tidak juga. Perlu kita ketahui di rumah sakit terdapat pos untuk tempat konseling bagi penderita HIV/AIDS. Letaknya pun terpencil dan terbelakang dari lokasi-lokasi bangsal semacam bangsal anak (pediatric), obstetric dan ginekologi. Namun apakah tepat dan efisien apabila kita menempatkan tempat khusus konseling di tempat yang terpojok nan terbelakang di sekolah? Selain tempatnya yang membutuhkan harga yang juga tidak murah, pemerintah sendiri –dalam hal pembicaraan mnegenai BOS (Biaya Operasional Sekolah)- belum cukup mampu untuk memberikan tambahan biaya pembuatan ruang khusus konseling yang berujung pada penunggakan uang gedung. Mungkinkah kita mengusahakan ruang yang sudah ada khusus untuk konseling? Mungkin juga. Bagaimanakah cara menjaga rahasia itu sendiri? Tidak terlalu mudah apabila kita berbicara masalah rahasia, apalagi ditunjang dengan sifat-sifat ABG yang cenderung labil. Membiarkan orang yang mempunyai hasil tes ‘tidak perawan’ secara tidak langsung memperkuat citra diri mereka bahwasanya mereka ‘tidak perawan’ menyebabkan bertambahnya sifat keminderan yang berujung diskriminasi.
Membahas mengenai rahasia atau tidak terjaminnya dalam hal terkuaknya seorang siswa atau siswi perawan atau tidak sangatlah riskan dalam konseling karena masyarakat sendiri, dalam hal ini lebih kepada civitas akademika, kurang siap kecuali apabila seluruh pihak yang terkaik menumbuhkan budaya feedback yang berkesinambungan antar civitas akademika.
Diposting oleh Cemol di 11:42 PM 0 komentar
Menuju harmonisasi perkereta apian indonesia
Sangat mengagetkan terjadinya rentetan peristiwa kecelakaan 4 x sekaligus dalam sehari berturut-turut di pulau jawa ini. Sangat disayangkan memang insiden kecelakaan yang notabene merupakan kejadian yang un-expected, terjadi secara beruntun, menyebabkan tanda Tanya besar, apa yang terjadi dengan perkereta apian Indonesia kita? Akankah dengan melihat statistik diatas berupa probabilitas unexpected harus terjadi secara berulang? Agaknya ada yang salah dengan perkereta apian kita.
Realita Berkelanjutan
Dari editorial, kita mengetahui bahwasanya tahun 1939, panjang rel mencapai 6.811 kilometer, tetapi pada 2000, rel warisan Belanda itu susut menjadi tinggal 4.030 km, atau turun 41%. Betapa janggalnya pengurangan rel yang sangat drastis ini. Ini terjadi bisa dikarenakan berkaratnya rel kereta api, pengubahan jalur kereta api yang sudah tidak terpakai yang menyebabkan pengorbanan rel lain. Sehingga perlu menambal-sulam atau bahkan membangun baru kembali. Data lain menyebutkan bahwasanya 540 km rel dinyatakan tidak terpakai dikarenakan aus dan usang tanpa renovasi.
Begitu pula dengan sarana pendukungnya seperti jumlah stasiun pemberhentian kereta. Pada 1955, jumlah stasiun mencapai 1.516 buah. Dalam kurun setengah abad, jumlah itu merosot 62% menjadi tinggal 571 stasiun. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari ketidak standaran sistem stasiun pemberhentian kereta, atau mungkin hingga collapse karena tidak ada suntikan dana APBN daerah yang entah kemana.
Kondisi lokomotif yang dioperasikan pun sangat memprihatinkan. Dari 341 unit lokomotif yang ada pada 2008, hampir seluruhnya, sekitar 82%, sudah tua dengan umur antara 16-30 tahun. Ini mencerminkan kurangnya respon pemerintah dalam membuat bagus fasilitas yang ada.
Pemerintah sebenarnya sudah menanggarkan 3.5-4 triliun rupiah guna menyisihkan untuk perkereta apian, namun semua dana itu mengalir untuk renovasi, rehabilitative utilitas, (Public Service Obligation) serta penambahan utilitas kereta api saja, belum termasuk masinisnya sehingga wajar saja jika masinisnya melakukan tugasnya menjalankan kereta api sembari menjadi tukang ojek.
Win-win solution
Mari kita membahas SDM (baik masinis itu sendiri) Disisi lain, karena biaya yang dianggarkan pemerintah 3.5-4 triliyun rupiah tadi hanya dipakai untuk utilitas menyebabkan minimnya dana yang disisihkan sehingga terpaksa para masinis mencari uang sendiri diluar tugasnya. Tentunya ini merupakan salah satu masalah yang perlu disoroti pemerintah. Bukan serta merta menyalahkan masinis saja, dengan menyisihkan APBD khusus 3.5-4 trilyun tadi untuk SDM. Atau mungkin dengan mengusulkan dalam rapat dengar DPR itu sendiri. Ada Kecenderungan untuk seseorang dengan utilitas seadanya berusaha sebaik-baiknya memenuhi kewajiban yang diberikan. Karena sesuai dengan naluri makhluk hidup itu sendiri, yakni berusaha survive. Secara psikologis, apabila seorang yang berusaha survive dengan apa adanya dalam artian dengan fasilitas terbatas, maka akan menyebabkan seseorang tadi berusaha mencari celah agar bagaimana dia bisa sukses dengan cara apapun. Bisa karena terdesak, apabila tidak melakukan sesuai deadline, ataupun karena mekanisme win-win solution dalam dirinya.
Menurut Tung Desem Waringin dalam bukunya marketing revolution orang bisa sukses dengan win-win solution, dalam artian “kalaupun anda harus sukses, maka saya juga harus sukses”. Apabila dalam psikologi masinis tadi, masinis akan berusaha melakukan apa yang dikerjakan atasan, dengan SOP (Standart Operation Procedure) tertentu supaya bisa berjalan lancer pekerjaannya. Namun, berjalan lancer dalam pekerjaannya pun belum cukup apabila dia juga tidak berkecukupan dalam menghidupi anak dan istrinya. Sehingga, dengan konsep win-win solution dan survive, berarti bagaimana supaya saya bisa melakukan pekerjaan selesai namun saya juga harus mencukupi kehidupan anak-istri, ia mungkin harus menyatir sedikit aturan dengan menyelewengkan sedikit wewenangnya untuk tujuan pribadi. Ini bukan masalah tegak tidaknya kedisplinan, kelalaian, bukan. Ini semacam masalah lingkaran setan yang berkepanjangan. Dalam hal ini mulai dari dikucurkannya uang pemerintah yang hanya diberikan dengan tujuan Public Obligation Service saja sehingga menimbulkan penyelewengan hingga berujung pada human-error oleh masinis.
Agaknya masih belum cukup dengan menambah armada saja tanpa adanya perbaikan berkesinambungan yang dilakukan oleh pemerintah. Apalagi seperti yang terjadi dalam renovasi jakrta menuju kota megapolitan, dalam hal ini kita membahas dalam lingkup pembangunan monorail terbelangkai. Maksud hati ingin memperlancar lalu lintas, justru pial-pial semen penopang jalan yang nantinya untuk monorail menghalangi jalan untuk busway ataupun kendaraan-kendaraan umum sehingga malah membebani.
Bila perlu, demi menangani solusi perkereta-apian yang sudah ‘mendarah-daging’ agaknya pemerintah perlu membahas lanjut mengenai masalah seperti ini, baik itu dalam hal pembiayaan APBN yang perlu disisihkan, harmonisasi Standar Operation Procedure antara masinis ,utilitas dengan masalah eksternal (dalam hal ini menyangkut masalah keluarga) yang mana dapat menuju sinergi yang lebih baik demi kemajuan perkereta apian itu sendiri. Dengan kita memperbaiki sistem aturan masinis dengan kehidupannya dilanjutkan dengan penataan fasilitas yang berkesinambungan diharapkan kemelut perkereta-apian kita bisa segera teratasi, meminimalisir kejadian unexpected probability sehingga kejadian ini tidak perlu terulang kembali, tidak perlu ada salah-menyalah antara penegak hukum dengan masinis. Disini peran serta forum semacam forum para masinis diharapkan juga bisa berperan untuk menyalurkan aspirasi pemerintah, selalu bersikap kritis dalam menelaah aturan-aturan PT KAI, untuk dibuat lebih membangun demi kemslahatan bersama.
Diposting oleh Cemol di 11:37 PM 0 komentar
Thursday, November 4, 2010
Bencana Mentawai, Menyinggung Perkataan Dewan
Kita mengetahui tentang bencana ini, bahwasanya bencana ini menghantam daerah mentawai sumatera barat. Kita patut berbela sungkawa atas kejadian ini. Banyak yang terenggut nyawa karena tsunami ini. Bahkan hingga mengundang pendapat Marzukie Ali, ketua umum DPR dari fraksi partai demokrat. Namun yang agak disayangkan adalah perkataannya mengenai kesiapsiagaan nya atas daerah yang akan terjadi bencana. Layaknya lagu dangdut, Percuma saja berlayar, kalau kau takut gelombang, percuma saja bercinta, kalau kau takut sengsara. Merupakan kata-kata yang menohok, namun ada benarnya. Disamping karena kita memang benar apa yang dikatakan Marzukie Ali mengenai pernyataannya, tetapi agak pahit juga rasanya. Namun kita perlu menelusuri juga faktor-faktor yang mungkin menyebabkan terjadinya bencana itu sendiri, berikut mekanisme kerja atau persiapan menghadapi bencana, dalam kasus ini Mentawai, apabila ingin mengkaitkan pernyataan Marzuki Alie Banyak faktor yang terjadi apabila kita ingin mengkaitkan seperti kesalahan manusia yang mungkin. Naifnya persiapan menuju bencana. Seperti yang kita ketahui, bahwasanya seismograf yang terpasang di BMG seharusnya bisa mencatat dan meramal adanya bencana, gempa maupun pergeseran lempeng. Tetapi fakta yang terjadi, berhubungan dengan persiapan pra-bencana (yakni sebelum bencana terjadi) seringkali tidak konsisten dalam mencatat terjadinya berita. Ini bisa disebabkan kekurangsigapan alatnya itu sendiri dan juga maupun faktor SDM Indonesia itu sendiri. Agaknya itu perlu dijadikan cermin bagi para seismographer dalam menganalisis terjadinya bencana di seluruh Indonesia, termasuk di mentawai itu sendiri. Kita juga bersyukur ketika kita mendengar berita bahwasanya Mentawai diberikan dana khusus 2.6 T untuk kepentingan pembangunan Mentawai dari Dinas maupun Bupati Sumatera Barat. Walaupun begitu, kita juga perlu melihat kinerja dari pemerintah, jangan sampai terjadi uang yang seharusnya digunakan untuk kepentingan kemanusiaan harus digunakan untuk nepotisme korporat tertentu. Merupakan tugas dari Presiden dan Menteri. Bila perlu, wakil KPK maupun ICW perlu diterjunkan untuk mengawasi jalannya uang tersebut baik itu secara structural maupun secara fungsional. Namun bila kita runut jauh sebelum permasalahan keterlambatan bencana mentawai yang disinyalir terlambat hingga 10 jam itu, kita perlu mengulas masalah dana anggaran cadangan yang dianggarkan oleh pemerintah kepada suatu instansi, termasuk kepada badan penyelenggara pemngumuman seismograf tadi (BSNP) . Kalau kita urut, sumber dari metro tv menyebutkan bahwasanya dana dari BSNP ini hanya 222 milyar yang dianggarkan, jauh dari anggaran yang di hibahkan kepada DPR senilai 1.2 T. Agaknya patut dipertanyakan mengenai masalah rendahnya jatah keuangan yang masuk untuk BSNP itu sendiri. Selain itu kita perlu berfikir dua kali mengenai adanya jatah yang sangat kontras antara DPR dengan BSNP sendiri mengenai anggaran yang dianggarkan. Mengapa? Karena kita melihat anggaran itu, merupakan cerminan dari hasil kinerja dan seberapa 'panjang' tangan-tangan yang bisa terjangkau maupun seberapa canggih kah teknologi yang digunakan. Selain itu, perlu di buatnya sebaran yang merata SAR untuk setiap daerah dimaksudkan membuat terjadinya antisipasi bencana lebih responsive. Kecuali apabila ada bencana tertentu yang merenggut banyak nyawa, perlu dipusatkan SAR yang lebih banyak pada daerah itu. Sehingga hasil yang digunakan dalam menyelidiki, mengevakuasi, tanggap bencana lebih sigap untuk dihadapi. Namun, adakalanya pihak SAR sendiri juga kurang konsisten terhadap semua korban yang ada. Ini terlihat dari faktor manusia dan faktor bahaya yang terjadi dari sisi penyelamatan korban itu sendiri. Apabila kita melihat dari sisi PMI itu sendiri, yang diketuai oleh mantan wapres Jusuf Kalla, agaknya mulai terlihat gerak-gerik dan kemajuan PMI Indonesia itu sendiri. Apabila kita menggunakan PMI sebagai kuda troya dalam bidak catur, agaknya peran ini sangat penting sekali mengingat perannya dalam persiapan pasca-bencana sangat aktif dibutuhkan, mulai bekerja sama dengan tim SAR, menyiapkan pakaian yang tidak terpakai, hingga revitalisasi rumah penduduk pasca-bencana. Namun kita juga jangan melupakan banyaknya alat detektor tsunami yang merupakan sumbangan dari jepang, dikuliti oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab hingga tidak berfungsi sampai sekarang. Diperlukan pihak sigap dari aparat keamanan laut untuk mendeteksi adanya pencurian besi yang dijual ke pihak-pihak tertentu dengan nilai jual ratusan hingga milyaran rupiah itu. Karena pencurian maupun pengrusakan barang seperti itu, bisa mengurangi atau bahkan menggagalkan upaya antisipatif pra-bencana yang digembar-gemborkan pemerintah. Berkaitan dengan kata-kata Marzuki Alie mengenai siap tidaknya para penduduk daerah kepulauan, sebenarnya ada benarnya juga bila kita menurut lapangan, tentang fakta yang terjadi saat ini. Mungkin bisa terlihat dari kekurangsigapan dari pra-bencana itu sendiri, dalam artian mungkin memang fasilitas di Indonesia yang menengarai bencana ini kurang maksimal hingga akhirnya berbuntut dari kurangsigapan hingga memicu keterlambatan ramalan detektor bencana. Sehingga wajar saja yang fakta yang terjadi di lapangan: bencana banyak merusak bermacam-macam fasilitas umum dan tentunya merenggut banyak nyawa, seperti yang terjadi saat ini. Namun, kita masih belum terlambat memperbaiki apa yang terjadi dengan berupa melakukan penanganan-penanganan pasca-bencana, melakukan evaluasi lebih kritis dan efektif terhadap semua sektor dibidang ketanggapan bencana alam sehingga resiko timbulnya korban dan rusaknya fasilitas umum dapat diminimalisir.
Diposting oleh Cemol di 6:01 PM 0 komentar
Label: Opini
Tuesday, November 2, 2010
Krakatau Steel, Fenomenal
Kita mengetahui bahwa Krakatau steel merupakan industry yang dimiliki oleh Indonesia yang sahamnya termasuk stabil. Namun, mungkin karena gejolak ekonomi kita bisa mengerti bahwa mulai terjadi degradasi saham sehingga menyebabkan jatuhnya bermacam-macam saham, termasuk milik Krakatau steel sendiri . Namun kita juga harus mengatahui bahwasanya saham Krakatau steel ini adalah milik Indonesia. Banyak penyebab di jualnya saham Krakatau ini salah satunya mungkin adalah ada yang ingin menjual apalagi dengan harga yang lebih murah, yakni 850 rupiah. Dari yang perlembarnya 1100 rupiah kalau bisa untung. Namun dengan harga seperti itu, apakah kita bisa mendapatkan untung? Hanya pembuat keputusan terdekatlah yang bisa menarik untung, yakni dengan mengambil seluruhnya dan menjualnya pada penjualan transaksi pembukaan sekunder, untung bisa dua kali lipat. Ini bisa saja menyebabkan penumpukan kekayaan sendiri, tetapi Negara bisa di rugikan 2.6 triliyun rupiah. Seperti pernah dikutip oleh salah satu ahli hukum adler mengenai masalah Negara, seharusnya kalau memang bisa dijual 850 rupiah? Mengingat apa yang di katakan adler bahwasanya memang dapat membuat malu Negara agaknya harus dipertanyakan. Ini bagaikan kita menjual mobil limousine dengan harga satu juta rupiah, namun kita berlagak karena sikon nya memang seperti ni, kilah salah satu komentar dari para netters menganai masalah Krakatau steel. Bahkan yang lebih ekstrim lagi adalah biasanya digunakan oleh sby dan gank-ganknya. Memang hal ini belum bisa dibuktikan kepastiannya, tapi miris kita melihatnya. Namun, menteri perekonomian sendiri mengatakan bahwa harga saham 850 per lembar sebenarnya sudahlah cukup dan harga yang kebangetan dalam bahasa jawa. Ini berarti harga seperti ini sudah dianalisis. Agaknya perlu di kaji ulang tujuan maupun diaudit. Agaknya usaha untuk kolusi dana saham Krakatau steel ini haruslah perlu di telusuri untuk kegiatan pasca evaluasi auditor maupun kpk (apabila menunjuk kpk) sebagai badan yang ditunjuk nantinya. Ini dikarenakan bisa saja terjadi pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan momen-momen seperti ini (lelang saham perdana) untuk tujuan menurunkan harga sepantasnya dengan dalih momen pergolakan ekonomi, namun ternyata dibalik itu larinya dana hanya ke kelompok pemberi keputusan saja. Pelarian uang yang bersifat sentralistik (hanya menuju di pusat) agaknya apabila KPK benar-benar nantinya akan ditunjuk, KPK harus menyisir otak-otak dibalik penjualan harga standar yang merugikan Negara ini. Bisa dengan menyusur rekening bank pihak-pihak yang ikut bertransaksi, berikut yang berhubungan.
Diposting oleh Cemol di 3:37 PM 0 komentar
Label: pemerintah
Monday, November 1, 2010
Tiimur, Kapolri Baru
Kita agaknya harus memebrikan semacam ucapan congrats kepada timur, yang mana sudah terpilih menjadi Kapolri baru. NAmun,timur, kapolri yang baru adalah merupakan kandidat yang controversial. Baru dating, tiba-tiba langsung menohok dan langsung menang. Disini agaknya perlu dicurigai namun terlepas dari itu, nyata-nyatanya tidak ada pertengkaran sendiri di tubuh kapolri. Lebih dari itu, apabila kita mau berfikir positif, kita sebaiknya melihat kinerja timur ini selama 100 hari kedepan. Kita perlu mengetahui banyak sekali yang harus dibenahi, mulai dari diskriminasi. Termasuk dalam hal ini diskriminasi tentang jabatan yang bersal dari background akpol dan non-akpol (semacam caba). Kemudian tentang kesetaraan jender yang digembar-gemborkan oleh Jaringan Islam Liberal, seprtinya patut menjadi inspirasi bagi Kapolri baru untuk mereformasi tubuh polisi, mnejadikan staff polwan bukan hanya sebagai sebatas "pelayan" saja. Kemudian, kapolri harus perlu juga melakukan lebih banyak sidak kepada para anggotanya. Ini antara laib sebagai bentuk perwujudan sikap proaktif polisi untuk memerangi maraknya kasus "di balik layar" / back-scene yang seringkali tidak terungkap hingga menjadi gunung es. Seperti kasus ditemukannya narkoba di saku polisi dan sebagainya. Kapolri juga perlu menginvestigasi tentang adanya jaringan narkoba dan penyelundupannya yang sudah merantai di dalam penjara, maupun adanya pungli (pungutan liar) di dalam penjara. Diharapkan dengan dibantu oleh menteri pertahanan diharapkan sidak ini dilaksanakan secara menyeluruh, termasuk sweeping tentang persamaan fasilitas di penjara. Masih terngiang di benak kita adanya penjara Artalyta Suryani yang serasa bintang 3 di dalam penjara. Ini merupakan cermin diri seorang kapolri untuk segera membenahi di tubuh polisi. Kemudian kita juga perlu membuat rutan ini di daerah-daerah tertentu, di-set agar layak untuk didiami. Kemudian polisi mulai perlu merazia korupsi di tubuh polisi sendiri, seperti tentang jabatan atau yang berhubungan. Di jalan-jalan saat ada razia diharapkan peran serta polisi tidak hanya menarik pungutan kepada pengguna jalan, namun polisi juga apabila menarik pungutan sebaiknya dengan mempertimbangkan kesalahan-kesalahan yang ada. Caranya adalah dengan melakukan sidak atau inspeksi mendadak secara berkala dan acak. Dengan memperhatikan habit seperti ini, diharapkan juga peran Litbang polri sendiri untuk melakukan survey dari hasil Litbang dalam rangka sidak tadi sehingga apabila datanya sudah available maka akan memudahkan polisi mengurut benang kusut yang terjadi pada setiap kasus sampai ke akar-akarnya
Diposting oleh Cemol di 9:30 PM 0 komentar
Label: Opini
LPI vs ISL
LPI vs ISL Kita patut mengacungi jempol ketika kita mengetahui bahwa ada liga sekunder yang nantinya akan disahkan 11 januari ini di Semarang. Yakni system Liga Premier Indonesia, yang secara konseptual sudah berbeda dengan ISL yakni Indonesian Super League. Dari LPI sendiri sebenarnya lebih ke pada system bagi hasil antara sponsor, klub, dan manajemen LPI sendiri. Dari sini, LPI yang di gawangi oleh pengusaha-pengusaha sekelas Arifin Panigoro, dkk. Memberikan semacam terobosan bagi para pemilik-pemilik klub yang tidak puas akan ISL, sehingga mereka akan mengubah haluan atau lebih bisa bermain secara lebih bebas maupun ingin menggunakan atmosfir baru. Seperti yang kita ketahui sebelumnya apabila kita memperbandingkan LPI dengan ISL, setidak-tidaknya kita bisa mengerti bahwasanya pada ISL, ISL memberi kebijakan hanya meletakkan semacam sponsor yang hanya dilobi oleh ISL saja, berbeda dengan ISL, LPI disini lebih mengutamakan kelihaian para anggota maupun pemilik elit klub menggayung sebanyak mungkin sponsor untuk tim mereka, karena kita melihat sendiri bahwasanya LPI itu lebih berfokus pada independansi klub dari APBD. Sikap seperti ini timbul dikala ketua PSSI Nurdin Halid dan para staff-staffnya seperti Nugraha Basoes kurang puas akan kebijakan dan ingin membuat semacam terobosan yang mungkin bisa saja dapat membuat Negara Indonesia (dalam hal ini rakyat Indonesia per daerahnya) bisa terbantu dengan adanya independansi ini sehingga nantinya kas APBD daerah yang apabila derah yang bersangkutan menerapkan semacam kebijakan otonomi daerah, namun disisi lain juga memberikan paruh uang kas APBDnya kepada klub. Kita perlu menelusuri mengapa adanya sikap pembaharuan ini terjadi, yang pertama memang para klub ini dulunya memiliki semacam program-program tertentu yang bisa merogoh kocek atau bisa menjadi magnet untuk pendapatan kas klubnya sendiri, seperti mengadakan liga internal seperti persebaya, maupun dengan sistem-sistem semacam pembuatan U17 ataupun umur berapa yang merupakan pijakan bagi para junior pesepakbola suatu klub di Indonesia untuk menuju ke lapis utama timnas klub yang bersangkutan. Tetapi sikap dari para petinggi PSSI menyatakan bahwa ada sebagian ulah kreatif para klub ini di batasi atau bahkan dihilangkan sehingga bisa menyebabkan kebuntuan kreatifitas para pemilik klub dalam meraup untung, okelah mungkin ada yang menggunakan semacam supporter untuk menggalang dana, mungkin bisa saja dari tiket, ataupun kelihaian mencari sponsor, namun apabila kreatifitas itu tetap dihambat oleh petinggi PSSI, tetap saja membuat klub membangkang dari ISL. Yang kedua bisa saja ini terjadi ketika ada aktor dibalik layar penghenti atau pengatur jalannya pertandingan. Dalam artian selama aktor atau oknum dibalik layar semacam pengatur jalannya pertandingan masih berkeliaran, selama nepotisme dan korupsi oleh para aktor semacam meminta bayaran yang bukan semestinya (diluar statute PSSI) kepada klub, membayar untuk membeli permainan, maka yang terjadi akan timbul ketidak singkronisasi antara klub supporter, dan jajaran PSSI. Yang bisa menimbulkan pembelotan. Yang ketiga yakni ke absolutan suatu pemimpin. Banyak yang mengira suatu pemimpin itu di rotasi, supaya bisa berganti regulasi maupun berganti kebijakan, namun nyatanya ? tidak. Bahkan FIFA dan AFC tidak bisa menjatuhkan ke absolutan suatu pemimpin. Bagaimana ini bisa terjadi? Perlu di tera ulang para sifat atasan PSSI mengenai adanya keadaan seperti ini. Para rakyat berharap dengan bergantinya pemimpin, maka diharapkan achievement yang bisa diraih bisa meningkat kembali. Berlindung di balik Payung Statuta Agaknya PSSI perlu berfikir ulang mengenai pemberlakuan statuta untuk mengkover payung hukum ISL. Kita perlu tahu bahwa apabila berfikir tentang masalah hukum okelah antara pihak PSSI sebagai penyelanggara ISL dengan pihak pengusaha yang mengusahakan LPI, diakui semuanya mempunyai alas an tersendiri atas peristiwa yang terjadi, namun seperti yang kita ketahui apabila klub-klub ISL tidak ingin banyak yang membelot ke LPI diharapkan PSSI bukanlah merubah regulasi, tatapi lebih dari itu, mengubah puncak kepemimpinan. Layaknya sebuah papan catur yang terhampar ratu, benteng, kuda troya dan lain sebagainya, apabila kita menskak-mate Raja, maka sekuat atau sepelik apapun pikiran pemain, apabila raja sudah di skak-mate, seberapapun sisa dari benteng atau prajuritnya, tetap tidak berpengaruh terhadap permainan tadi. Ya, pemain yang rajanya di skak mate tetap kalah. Bagaimana penerapannya di dalam tubuh PSSI? Dengan menganalogikan bilah catur dengan perombakan tubuh PSSI, diharapkan 'raja' dari PSSI harus di skak-mate terlebih dahulu atau setidak-tidaknya dengan jumawa menyerahkan jabatannya kepada pihak lain yang lebih mumpuni, tanpa campur tangan kolusi dan nepotisme. Selama PSSI tidak melakukan perombakan di tubuh PSSI itu sendiri, yang terjadi hanyalah kemelut yang belum terkuak layaknya gunung es, diantara hingar binger pertandingan, ramai tidaknya supporter, yang ternyata di balik selimut itu banyak masalah yang mengakar. Jangan sampai terlambat, karena penonton pada akhirnya bisa men-judge, suatu pertandingan, apakah nantinya kalah-tidaknya merupakan suatu 'siklus' klub normal atau hanyalah sebuah konspirasi yang diatur sebelumnya
Diposting oleh Cemol di 9:25 PM 1 komentar
Tuesday, January 5, 2010
Musik Klasik, Sarana Pendukung Motivasi
Pernah dengar music klasik belum? Kayak punyanya W. Kempff, Ludwig van Beethoven ato chopin? Coba ajah dengerin! Bikin ngantuk (so, gw mw saranin untuk tidak mendengarkan pas lagi nge-drive!) Mengapa sebagai sarana pendukung motivasi? Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Jiwa kuat lah pendorong motivasi kita! Bagaimana kita menjalani hidup ini dengan enjoy jika kita pengen punya badan yang kuat. Tetapi how to build our body strength??
Ternyata setelah diteliti lebih lanjut, music klasik membuat kita jadi merasa tenang dan damai! Kalau kita lelah, maka kita akan dibuat tidur! Ini dibuat untuk me-regenerasi metabolism tubuh kita! Menyegarkan, menguatkan kembali system imun kita yang kita selalu paksa untuk bekerja sesuai batas yang tidak diharapkan. Jadi intinya music klasik 'menselaraskan ' kita dengan alam. (to harmony with nature)
Musik klasik seperti yang kita ketahui merupakan obat segala kegundahan yang digunakan di rumah sakit / alternative di tiongkok selama masa silam. Diyakini pula ia dapat mengharmonisasikan antara tubuh dengan jiwa.
Musik ini dapat pula dimodifikasi menjadi music yang sesuai kita inginkan. Atau istilahnya 'binaural beats'. Untuk istilah itu, mungkin suatu saat akan saya bahas disini.
Diposting oleh Cemol di 10:38 AM 0 komentar
Label: inspirasi, menarik, menjadi sukses, motivation
Friday, January 1, 2010
Metode Jangkar, Cara cepat Hapal PeLajaran!
Hehehe,, sekarang balik lagi teman-teman blogger, bersama cemol. Di sini saya akan mengajarkan kepada teman-teman metode jangkar sebagai sarana cepat untuk menghapal pelajaran dan itu nyanthol di otak berlangsung dengan sangat lama. Apakah itu metode jangkar? jangkar itu anchor, jadi jangkar itu istilahnya nyantholin / menghubungkan suatu hal yang terkesan aneh bagi kita, kemudian kita terapkan dalam pelajaran yang bersangkutan.
Nah, bag iteman-teman yang bingung menghadapi mata kuliah yang seabrek butuh hapalan, cocok banget niy! bagi seorang bussinessman yang pengen ingat kolega2 nya juga cucok. Apalagi buat anak sd, smp dan sma yang pengen / terutama berkutat pelajaran yang membutuhkan hapalan. sebut saja biologi, sejarah, atau apalah, you know sendiri...
Pertama, siapkan materi yang mau dihapalkan. atau sebut saja misalnya 0888 919 1945.
Kedua, siapkan imajinasi anda.
Ketiga, mari kita mengkoneksikan imajinasi anda dengan nomer telpon diatas. Kita bisa menganalogikan 0888 dengan tiga orang membuat pagar betis (liat aja bentuk lekukan pada angka 8, kemudian menganalogikan 0 dengan bola) Kita dapatkan kalimat yang tepat, "ada bola ditendang melewati tiga pagar betis. Kemudian untuk 919, kita bisa menganalogikan kecambah dg angka '9', kemudian tongkat dengan angka 1. emudian buat rangkaian kalimat berdasarkan tiga angka itu. Ada kecambah nmpel di sisi kiri dan kanan tongkat. Berikutnya menganalogikan angka 1945 dengan tahun kemerdekaan negara kita misalnya.
Keempat dan terakhir, rangkaikan serentetan peristiwa tadi! agak aneh, tapi justru membuat anda lebih hapal! Jadi kalau saya tulis menjadi seperti ini : "Ada bola yang ditendang melewati tiga pagar betis membawa kecambah disisi kiri kanan tongkat di tahun kemerdekaan RI ".
Gimana? cucok banget khan dan sukses? Tips ini sebenarnya salah satu elemen dari NLP (Neuro Language Programming) silahkan browsing google sendiri untuk dapatkan info ttg NLP! Metde ini diterapkan juga pada bimbel di kota-kota besar.
sumber gambar:itrademarket.com
Diposting oleh Cemol di 6:50 PM 0 komentar